Monday, September 23, 2013

Radio Assunnah 92.3 FM

Radio Assunnah 92.3 FM


(Kajian MP3) Sunnah-Sunnah Setelah Kematian

Posted: 22 Sep 2013 08:45 PM PDT

Bismillah, Alhamdulillah di Hari Sabtu tanggal 21 Agustus 2013 / 15 Dzulqodah 1434 H, telah diadakan Kajian Islam Ilmiyah dalam pembahasan Bedah Buku yang berjudul “Sunnah-Sunnah Setelah Kematian” yang dibahas oleh pemateri dan penulis buku tersebut yaitu Ustadz Zaenal Abidin, Lc Hafidzohullahu dari Jakarta.

Dan berikut ini  adalah hasil rekaman yang bisa Anda simak dan dengarkan, mengenai bagaimanakah sunnah-sunnah setelah kematian sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassalam.

Sunnah-sunnah setelah kematian

Silakan Anda bisa simak langsung di player di bawah ini:

Atau Anda langsung download disini.

Kajian Sunnah-Sunnah Setelah Kematian Ustadz Zaenal Abidin, Lc [klik]

Tafsir Al Quran Surat Ali-Imran 133-136

Posted: 22 Sep 2013 08:05 PM PDT

Bismillah, pecinta radio Kita FM Rohimakumullah.. berikut ini kami sajikan pembahasan tafsir yang disusun oleh Ustadz Muhammad Toharo, Lc Hafidzahullah.. dari pembahasan tafsir Surat Ali Imran ayat 133-136.  Semoga bermanfaat bagi kita semuanya..

Artinya:

[133] Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,

[134] (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

[135] Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah Subhanahu Wa Ta’ala? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.

[136] Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.

Al-Imam Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya secara ringkasnya sebagai berikut: "Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengingatkan bahwa luas surga yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala janjikan adalah seluas langit dan bumi yang berbentuk bulat di bawah Arsy yang mana sesuatu yang bulat itu panjang dan lebarnya sama, hal ini sebagaimana yang diterangkan dalam hadits shahih::

إِذَاسَأَلْتُمُاللهَالجَنَّةَفَاسْأَلُوْهُالفِرْدَوْسَفَإِنَّهُأَعْلَىالجَنَّةِوَأَوْسَطُالجَنَّةِوَمِنْهُتَفَجَّرُأَنْهَارُالجَنَّةِوَسَقْفُهَاعَرْشُالرَّحْمَانِ

"Apabila kalian meminta surga kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala maka mintalah kepadanya surga firdaus karena ia adalah surga yang tertinggi dan paling tengah yang mana darinya terpancar (mata air) sungai – sungai surga, sedangkan atapnya adalah Arsy Allah yang Maha Pemurah."

Dalam musnad Imam Ahmad bahwa sesungguhnya Raja Heraklius menulis surat kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi Wassalam, ia berkata :"

إِنَكَدَعَوْتَنِيإِلَىجَنَةٍعَرْضُهَاالسَّمَوَاتِوَالأَرْضِفَإَيْنَالنَّارُ؟

فَقَالَالنَّبِيُ : سُبْحَانَاللهِ ! فَأَيْنَاللَّيْلُإِذَاجَاءَالنَّهَارُ؟

"Sesungguhnya engkau mengajakku ke surga yang luasnya seluas langit dan bumi, maka di mana letak neraka? Maka Nabi shalallahualaihiwasalam bersabda : "Maha Suci Allah! Lalu di mana letak malam jika datang siang?

Hal ini memiliki dua pemahaman, yang pertama yaitu: tidak mesti hanya dengan sebab kita tidak melihat malam jika datang siang itu berarti malam tidak ada di tempat, sekalipun kita tidak mengetahuinya. Begitu juga neraka, dia berada di suatu tempat yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala kehendaki, dan pemahaman ini nampak lebih jelas sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits Abu Hurairah a dari Al-Bazzar.

Sedangkan pemahaman yang kedua adalah bahwa sesungguhnya siang bila meliputi wajah alam dari sisi ini, maka malam berada di sisi yang lain begitu juga surga yang beradadi A'la Iliyyin (tempat tertinggi) di atas langit dan di bawah Arsy dan luasnya seluas langit dan bumi maka neraka berada di Asfala Safilin (tempat yang paling bawah).

Maka tidak bertentangan antara keberadaan surga yang seluas langit dan bumi dengan keberadaan neraka. Wallahua'lam.

Kemudian Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyebutkan sifat orang yang bertaqwa yang akan menjadi penghuni surga tersebut, yaitu orang– orang yang gemar berinfak baik di saat jembar ataupun krisis atau selalu berinfak  dalam keadaan apapun dan di semua keadaan. Juga mereka adalah orang–orang yang menahan amarah serta memaafkan  kesalahan orang lain.

Dari Abu Hurairah Radiyallahu’anhu dari Nabi Shalallahu ‘alaihi Wassalam bersabda :

لَيْسَالشَدِيْدُبِالصُّرْعَةِوَلَكِنَّالشَّدِيْدُالَّذِييَمْلِكُنَفْسَهُعِنْدَالْغَضَبِ

"Bukanlah orang yang kuat itu (menang) saat berkelahi, akan tetapi orang yang kuat adalah orang yang bisa menahan dan menguasai dirinya ketika marah." (HR. Bukhari dan Muslim).

Al-Imam Ahmad meriwayatkan dari Abdurrazzak dan seterusnya dari seorang sahabat Nabi, ia berkata, telah berkata seorang lelaki :

يَارَسُوْلَاللهِ! أَوْصِنِيقَالَ : لاَتَغْضَبْقَالَالرَّجُلُ : فَفَكَرْتُحِيْنَقَاَلَصَلَىاللهُعَلَيْهِوَسَلَّمَمَاقَالَ : فَإِذَاالغَضَبُيَجْمَعُالشَّرَكُلَّهُ (رواهأحمد)

"Wahai Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassalam berilah aku wasiat.  Maka Nabi bersabda : "Janganlah kamu marah" Lalu lelaki itu berkata, "maka aku berfikir ketika Nabi berwasiat tersebut maka (aku temukan) bahwa ternyata kemarahan itu mengumpulkan (dan menyebabkan) terjadinya semua keburukan." (HR. Ahmad)

Dari Abu Dzar Al Gifari a ia berkata :

إِنَّرَسُوْلُاللهِقَالَلَنَا : إِذَاغَضِبَأَحَدُكُمْوَهُوَقَائِمٌفَلْيَجْلِسْفَإِنْذَهَبَعَنْهُالغَضَبُوَإِلاَّفَلْيَضْطَجِعْ

"Sesungguhnya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassalam bersabda kepada kami :"Apabila salah seorang diantara kalian marah  sedangkan dia dalam posisi berdiri maka hendaklah dia segera duduk, jika kemarahan sudah hilang maka cukup tapi kalau masih belum hilang juga maka hendaklah berbaring." (HR. Abu Dawud)

Dan pernah Nabi Shalallahu ‘alaihi Wassalam bersabda :

إِنَّالْغَضَبَمِنَالشَيْطَانِوَإِنَّالشَّيْطَانَخُلِقَمِنَالنَّارِوَإِنَّمَاتُطْفَأُالنَّارُبِالْمَاءِفَإِذَاأُغْضِبَأَحَدُكُمْفَلْيَتَوَضَأَ

"Sesungguhnya marah itu dari setan dan sesungguhnya setan diciptakan dari api dan api itu bisa di padamkan dengan air, maka bila salah seorang  diantara kalian  dibikin marah (oleh syaiton) maka berwudulah." (HR. Abu Dawud)

Dan Imam Ahmad meriwayatkan dari Anas Radiyallahu’anhu berkata : Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassalam bersabda :

مَنْكَظَمَغَيْظًاوَهُوَقَادِرٌعَلَىأَنْيُنْفِذَهُدَعَاهُاللهُعَلَىرُؤُوْسِالْخَلاَئِقِحَتَّىيُخَيِّرُهُمِنَأَيِالحُوْرِشَاءَ

"Barang siapa yang mampu menahan emosi kemarahannya walaupun dia sebetulnya bisa untuk melampiaskannya maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan memanggilnya dihadapan khalayak ramai sehingga ia dipersilahkan untuk memilih bidadari yang ia sukai." (HR. Ahmad dan Abu Dawud).

Juga Nabi Shalallahu ‘alaihi Wassalam bersabda :

مَنْكَظَمَغَيْظًاوَهُوَيَقْدِرُعَلَىإِنْفَاذِهِمَلَأَهُاللهُأَمْنًاوَإِيْمَانًا

"Barangsiapa yang mampu menahan emosi kemarahannya walaupun dia sebetulnya mampu untuk melampiaskannya maka, Allah akan memenuhi orang tersebut dengan rasa aman dan keimanan." (HR Ibnu Jarir).

Begitu pula sifat orang yang bertaqwa sebagai calon penghuni surga adalah senantiasa berbuat kebaikan seperti yang telah di terangkan diatas juga hal – hal yang lainnya dari apa yang disyariatkan seperti juga sabda Nabi Shalallahu ‘alaihi Wassalam:

ثَلاَثٌأَقْسِمُعَلَيْهِنَّ : مَانَقَصَمَالٌمِنْصَدَقَةٍوَمَازَادَاللهُعَبْدًابِعَفْوٍإِلاَّعِزًاوَمَنْتَوَاضَعَلِلهِرَفَعَهُاللهُ

"Ada tiga perkara yang aku berani bersumpah atasnya. yaitu :"Tidak akan berkurang harta dengan sebab sedekah, dan tidaklah Allah Subhanahu Wa Ta’ala menambahkan kepada hamba dengan sebab dia pemaaf melainkan kemulian dan barangsiapa yang bersikap tawadhu karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala, maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan mengangkat dan meninggikan (derajat kemuliaan-nya)".

Al-Imam Ahmad meriwayatkan hadits shohih dari Abu Hurairah Radiyallahu’anhu dari Nabi Shalallahu ‘alaihi Wassalam bersabda :

إِنَّرَجُلاًأَذْنَبَذَنْبًافَقَالَ : رَبِّإِنِّيأَذَنَبْتُذَنْبًافَاغْفِرْهُ. فَقَالَاللهُ : عَبْدِيعَمِلَذَنْبًافَعَلِمَأَنَّلَهُرَبًايَغْفِرُالذَّنْبَوَيَأْخُذُبِهِقَدْغَفَرْتُلِعَبْدِيثُمَعَمِلَذَنْبًااَخَرَفَقَالَ : رَبِّإِنِّيعَمِلْتُذَنْبًافَاغْفِرْهُ. فَقَالَتَبَارَكَوَتَعَالَى : عَلِمَعَبْدِيأَنَّلَهُرَبًايَغْفِرُالذَنْبَوَيَأْخُذُبِهِقَدْغَفَرْتُلِعَبْدِثُمَّعَمِلَذَنْبًااَخَرَفَقَالَ : رَبِّإِنِّيعَمِلْتُذَنْبًافَاغْفِرْهُفَقَالَتَعَالَى : عَبْدِعَلِمَأَنَّلَهُرَبًايَغْفِرُالذَّنْبَوَيَأْخُذُبِهِ, أُشْهِدُكُمْأَنِّيقَدْغَفَرْتُلِعَبْدِيفَلْيَعْمَلْمَاشَاءَ

"Sesungguhnya seorang laki – laki berbuat dosa lalu berkata: "Wahai Tuhanku sesungguhnya aku berbuat dosa maka ampunilah. Maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala berkata : "Hambaku berbuat dosa lalu ia tahu bahwa ia memiliki Tuhan  yang  Maha Mengampuni dosa dan ia merealisasikannya, sesungguhnya Aku telah ampuni hambaku tersebut. Kemudian ia pun berbuat dosa lagi dosa yang lainnya lalu berkata : "Wahai Tuhanku sesungguhnya aku berbuat dosa maka ampunilah, maka Allah Tabaroka wa Ta'ala berkata: "Hamba-Ku mengetahui bahwa ia punya Tuhan yang Maha Pengampun lalu ia pun merealisasikannya: "Sesungguhnya telah aku ampuni hamaku. Kemudian ia melakukan dosa  yang lainnya lagi, dan ia berkata : "Wahai Tuhanku sesungguhnya aku berbuat dosa, maka ampunilah. Maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala berkata lagi : "Hamba-Ku tahu bahwa ia punya Tuhan yang Maha Pengampun dan ia merealisasikannya." Maka Aku mempersaksikan kepada kalian semua bahwa sesungguhnya Aku sungguh telah mengampuni hamba-Ku maka silahkan dia lakukan  apa yang dia kehendaki."

Begitu pula Al-Imam Al-Hafidz Ibnu Ya'la meriwayatkan dari Abu bakar Radiyallahu’anhu dari Nabi Shalallahu ‘alaihi Wassalam berkata :

عَلَيْكُمْبِلاَإِلَهَإِلاَّاللهُوَالاِسْتِغْفَارِفَاكْثِرُوْامِنْهُمَافَإِنَّإِبْلِيْسَقَالَ : أَهْلَكْتُالنَّاسَبِالذُّنُوْبِوَأَهْلَكُوْنِيبِلاَإِلَهَإِلاَّاللهُوَالْاِسْتِغْفَارِفَلَمَّارَأَيْتُذَلِكَأَهْلَكَأَهْلَكْتُهُمْبِالْأَهْوَاءِفَهُمْيِحْسَبُوْنَأَنَّهُمْمُهْتَدُوْنَ

"Hendaklah kalian membaca Laailaaha illallah َdan istigfar lalu perbanyaklah membaca keduanya karena iblis berkata : "Aku telah membinasakan manusia dengan dosa sedangkan mereka membinasakanku dengan Laailaaha illallah, istigfar, lalu tatkala aku mengetahui demikian maka aku binasakan mereka dengan (mengikuti) hawa nafsu maka akhirnya mereka menyangka dan merasa bahwa sesungguhnya mereka itu sedang mendapatkan petunjuk (dan sedang berada diatas kebenaran".)

Selesai sampai disini perkataan Ibnu Katsir yang telah diringkas. Begitulah  sifat-sifat orang yang bertaqwa sebagai calon ahli surga mereka senantiasa berinfak dalam keadaan apapun, menahan emosinya dan tidak mudah marah, menjadi pemaaf, selalu berbuat kebaikan dan kalaupun terjerumus dalam perbuatan dosa dan maksiat atau kemungkaran  maka mereka segera bertaubat dan mohon ampunan kepada Allah lalu berusaha dan bertekad untuk meninggalkannya maka Allah pun akan membalasi mereka dengan sorga yang penuh kenikmatan dan ampunan serta rahmat dan keridoan-Nya. Semoga bermanfaat ..

Disusun oleh Ustadz Muhammad Toharo, Lc. Beliau adalah Pimpinan Ponpes Assunnah Cirebon dan Pemateri di Radio Sunnah Kita FM. Dari Majalah Al Bayan Edisi 8.

No comments:

Post a Comment