Wednesday, September 11, 2013

Radio Assunnah 92.3 FM

Radio Assunnah 92.3 FM


Iman Kepada Al-Quran (Bagian 1)

Posted: 10 Sep 2013 08:21 PM PDT

Bismillah, Pecinta Radio Kita FM Rahimakumullah.. Iman kepada Al-Qur'an merupakan bagian dari iman kepada kitab-kitab Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dikhususkan pembahasannya disini karena pentingnya masalah ini bagi setiap muslim, sebab Al-Qur'an merupakan kitab terakhir yang diturunkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi Wassalam yang merupakan sumber petunjuk bagi umat beliau, barangsiapa beriman kepadanya dan mengikutinya maka dia berada diatas jalan yang lurus dan barangsiapa yang tidak beriman kepadanya atau tidak mengikutinya maka dia berada diatas kesesatan yang nyata.

A. Definisi Al-Qur'an

Kata Al-Qur'an berasal dari bahasa Arab yang merupakan mashdar (kata inti) seperti Qira'ah yang artinya adalah membaca, seperti tersebut didalam firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:


"Sesungguhnya kewajiban bagi Kami untuk pengumpulan dan pembacaannya." (QS.  Al-Qiyamah: 17).

Kemudian nama ini menjadi nama yang tetap untuk kitab yang diturunkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada Nabi-Nya Muhammad Shalallahu ‘alaihi Wassalam .

iman kepada al quran

Demikian pula dinamakan Al-Qur'an karena merupakan kitab yang meringkas kandungan kitab-kitab Allah Subhanahu Wa Ta’ala terdahulu, seperti yang disebutkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala didalam firman-Nya:


"Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an) sebagai penjelas terhadap segala sesuatu, petunjuk, rahmat, dan kabar gembira bagi kaum muslimin." (QS. An-Nahl: 89).

Adapun secara istilah kata Al-Qur'an berarti:

"Kalam (firman) Allah sebagai mu'jizat yang diturunkan kepada Rasulullah n sebagai wahyu, tertulis didalam mushaf, tersimpan didalam dada, dibaca dengan lisan dan didengar dengan telinga serta dinukilkan kepada kita dengan penukilan yang mutawatir dan membaca-nya merupakan ibadah."

B.  Al-Qur'an adalah Kalamullah (wahyu Allah Subhanahu Wa Ta’ala)

Al-Qur'an adalah Kalamu-llah secara lafadz dan maknanya, diturunkan kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassalam sebagai wahyu dan bukan makhluk, Malaikat Jibril ‘alaihissalam mendengarnya langsung dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Malaikat Jibril menyampaikannya kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassalam  dan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassalam menyampaikannya kepada umatnya, inilah yang kemudian kita membacanya, menghafalnya, menuliskannya dan mendengarkannya.

Adapun Al-Qur'an adalah Kalamullah maka hal ini sebagaimana disebutkan secara langsung oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala sendiri didalam firman-Nya:

"Dan bila salah seorang dari kaum musyrikin meminta perlindungan kepadamu maka berilah dia perlindungan agar dia mendengar Kalamullah."(QS.  At Taubah: 6).

Apakah yang dimaksud dengan Kalamullah didalam ayat ini?

Tentu saja yang dimaksud adalah Al-Qur'an yang diturunkan oleh Allah  Subhanahu Wa Ta’ala Rasul-Nya Shalallahu ‘alaihi Wassalam, berdasarkan beberapa hadits berikut, diantaranya;

Apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar  Subhanahu Wa Ta’ala  yang artinya: Bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassalam  melarang safar dengan membawa Al-Qur'an ke negeri musuh. (diriwayatkan oleh Imam  Al- Bukhari [Al Fath]: 4/68 dan Imam Muslim [Syarh An Nawawi]: 3/1490, 1491).

Dan sabda beliau:

زينوا القرآن بأصواتكم

"Hiasilah Al-Qur'an dengan suara-suara kalian."(HR.  Imam Ahmad: 4/283, Abu Dawud, no. 1468, An-Nasai, no. 1015 dan Ibnu Majah, no. 1342).

Dari dua hadits diatas kita mendapati bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassalam  menamakan apa yang tertulis dengan Al-Qur'an dan didalam hadits yang kedua kita mendapati bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassalam  menyebut apa yang dibaca dengan Al-Qur'an juga.

Sedangkan dalil-dalil yang menyebutkan bahwa Al-Qur'an diturunkan dan bukan makhluk maka sangatlah banyak dan diantaranya adalah firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:



"Turun dengannya (Al-Qur'an) Ruhul Amin (Malaikat Jibril). (tersimpan) dalam hatimu agar engkau menjadi pemberi peringatan . Dengan bahasa arab yang jelas." (QS. As-Syu'ara: 193-195)

Ayat tersebut merupakan dalil yang jelas yang menun jukkan bahwa Al-Qur'an turun dari sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala , dan tidaklah benar bila dikatakan bahwa Al-Qur'an  atau selainnya dari kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para Rasul-Nya adalah makhluk sebab kitab-kitab tersebut merupakan Kalam  (firman) Nya dan kalam-Nya merupakan sifat dari sifat-sifat-Nya, sedangkan sifat-Nya bukanlah makhluk.

Mengimani segala yang telah disebutkan merupakan kewajiban bagi setiap muslim sebagaiman pula mengimani bahwa Al-Qur'an merupakan kitab Allah Subhanahu Wa Ta’ala  adalah kitab terakhir yang diturunkan dari sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala, diturunkan untuk membenarkan dan menguatkan apa yang sudah dijelaskan sebelumnya didalam kitab-kitab terdahulu dari kebenaran dan menjelaskan apa saja yang sudah disimpangkan oleh manusia dari kitab-kitab tersebut serta menghapuskan syariat sebelum-nya yang wajib diimani dan diikuti oleh siapapun yang sampai kepadanya berita tentang Al-Qur'an ini sampai hari kiamat, dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak menerima agama (amal) dari siapapun setelah diturunkannya Al-Qur'an kecuali dengan petunjuk Al-Qur'an.

C. Al-Qur'an dijaga Allah Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa Al-Qur'an adalah kitab Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang diturunkan kepada penutup para Nabi dan Rasul sebagai kitab terakhir yang diturunkan dari sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dan sebagai penghapus dari syariat-syariat sebelumnya, sebagaimana hal tersebut difir-mankan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala  didalam kitab-Nya:


"Dan Kami telah menurunkan kepadamu sebuah kitab dengan benar membenarkan kitab-kitab sebelumnya dan mencakup kandungannya." (QS. Al-Maidah: 48).

Juga dijelaskan didalam sabda Nabi Shalallahu ‘alaihi Wassalam didalam hadits berikut:

وَ الذِي نَفسُ محمّد بِيَده لا يَسمَع بي أحَد مِن هذِه الأمّة يَهُودِي وَلا نَصرَانِي وَلَم يؤمِن بِالّذي  أرسِلتُ بِه إلاّ كانَ مِن أهل النّار

"Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di genggaman tangan-Nya, tidak seorangpun dari umat ini yang mendengar tentangku baik dari kaum yahudi maupun nashrani dan tidak beriman kepada Apa yang aku diutus dengannya melainkan dia termasuk ahli neraka. " (HR.  Imam Muslim, no. 153)

Hadits ini menjelaskan denga gamblang bahwa agama yang dibawa oleh Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi Wassalam merupakan penghapus dari agama-agama sebelumnya dan apa yang baik dari ajaran-ajaran agama terdahulu maka masih tetap diajarkan dalam Al-Qur'an, dan Al-Qur'an mengajak siapapun untuk mencapai kebahagian yang diingunkan didunia dan akhirat bila memperhatikan rambu-rambunya.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah memberi jaminan kepada Nabi-Nya bahwa Dialah yang akan selalu menjaga Al-Qur'an dari ulah tangan-tangan tidak bertanggung jawab sebagaimana Dia menurunkannya.

Allah  berfirman:

 "Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al-Qur'an maka Kamilah yang akan menjaganya." (QS. Al Hijr: 9)

Bahkan Allah  Subhanahu Wa Ta’ala menegaskan bahwa Al-Qur'an tidak mengandung kebathilan sedikitpun, sebagaimana disebutkan didalam firman-Nya:

"Sesungguhnya ini adalah kitab yang mulia, tidak mengandung kebathilan didepan ataupun dibelakangnya, diturunkan dari sisi Dzat Maha Bijaksana lagi terpuji."
(QS.  Fushshilat: 41)

Ditulis oleh Ustadz Tata Abdul Ghoni Hafidzhohullahu Ta’ala, Beliau adalah salah satu Pengajar di Ponpes Assunnah Cirebon dan Pemateri di Radiosunnah Kita FM. Dari Majalah Al Bayan Edisi 9

DIpublish Ulang oleh Abu Arfa Tim radioasunnah.com

Iman Melemah Ketika Menghadapi Maksiat

Posted: 10 Sep 2013 07:24 PM PDT

Pertanyaan:

Ustadz Saya minta solusinya bagaimana jika kita mengetahui suatu dalil tetapi ketika kita menghadapi maksiat iman ana melemah seperti ketika berjabat tangan dengan wanita dan memandangnya..

Jawaban:
Memang sebagaimana dikabarkan oleh Allah Azza Wa Jalla dan Nabi kita Shalallahu ‘alaihi wassalam dalam banyak nash baik ayat ayat Allah ataupun juga sunnah Nabi bahwa iman kita naik dan turun, atau bertambah dan berkurang.

iman melemahFirman Allah Ta'ala ,

الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ

"(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", Maka Perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi penolong Kami dan Allah adalah Sebaik-baik Pelindung"." (QS Alimron: 173).

Para ulama Ahlus Sunnah menjadikan ayat ini sebagai dasar adanya pertambahan dan pengurangan iman, sebagaimana pernah ditanyakan  kepada imam Sufyaan bin 'Uyainah rahimahullah, "Apakah iman itu bertambah atau berkurang?" Beliau rahimahullah menjawab, "Tidakkah kalian mendengar firman Allah Ta'ala,

فَزَادَهُمْ إِيمَانًا

"Maka perkataan itu menambah keimanan mereka". (QS Alimron: 173) dan firman Allah Ta'ala,

وَزِدْنَاهُمْ هُدًى

"Dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk".(QS al-Kahfi: 13) dan beberapa ayat lainnya". Ada yang bertanya, "Bagaimana iman bisa dikatakan berkurang?" Beliau rahimahullah menjawab, "Jika sesuatu bisa bertambah, pasti ia juga bisa berkurang".

Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam,

لَا يَزْنِي الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَشْرَبُ الْخَمْرَ حِينَ يَشْرَبُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَسْرِقُ حِينَ يَسْرِقُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ

"Tidaklah seorang pezina berzina dalam keadaan mukmin dan tidaklah minum minuman keras ketika minumnya dalam keadaan mukmin serta tidaklah mencuri ketika mencuri dalam keadaan mukmin". Diriwayatkan oleh al-Kholaal dalam kitab as-Sunnah no. 1045

Diriwayatkan oleh al-Kholaal dalam kitab as-Sunnah no. 1045

Ishaaq bin Ibraahim an-Naisaaburi berkata, "Abu Abdillah (Imam Ahmad) pernah ditanya tentang iman dan berkurangnya iman. Beliau rahimahullah menjawab, "Dalil mengenai berkurangnya iman terdapat pada sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Tidaklah seorang pezina berzina dalam keadaan mukmin dan tidaklah mencuri dalam keadaan mukmin."

Sahabat Abu ad-Darda` Uwaimir al-Anshaari radiyallahu ‘anhu berkata,

الإِيْمِانُ يَزْدَادُ وَ يَنْقُصُ

"Iman itu bertambah dan berkurang.

Diriwayatkan Abdullah bin Ahmad dalam kitab as-Sunnah 1/314

Namun hendaklah kita senantiasa ingat kepada Allah Azza Wa Jalla dan menerapkannnya dalam keseharian kita dan apabila kita mendapatkan informasi tentang ilmu baik dari Ayat Al Quran atau juga dari hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam hendaklah kita berusaha untuk menerapkannya dan minta tolong semoga Allah Azza Wa Jalla agar dimudahkan dalam menerapkan hal tersebut.

Dan jangan kita biarkan begitu saja seperti angin lalu maka hendaklah kita berusaha menerapkan apa yang kita tahu, sebab ilmu yang diamalkan itu akan terikat erat dengan hati kita. Dan kita akan punya kekuatan tentunya datang dari Allah dengan mengamalkan ilmu yang kita ketahui sebagaimana kata Ali bin Abi Thalib radiyallahu ‘anhu .. Ilmu dan Amal terkait erat jika diamalkan, maka jangan kita sepelekan.

Ali bin Abi Thalib berkata,"Ingat-ingatlah (ilmu) hadits. Sungguh jika kalian tidak melakukannya maka ilmu akan hilang." (Al-Muhadditsul Fashil karya Ar-Ramahurmuzi hal: 545)

Ali bin Abi Thalib berkata,"Ilmu membisikkan pemiliknya untuk diamalkan. Jika ia menjawab panggilan bisikan itu, maka ilmu akan tetap ada. Namun jika ia tidak menjawab panggilan itu, maka ilmu akan pergi." (Iqtidhaul 'Ilmil amal karya Al-Khathib: hal 41)

Kemudian ketika kita ternyata terjerumus dalam penyimpangan karena lalai, lupa, atau hawa nafsu maka hendaklah senantiasa kita beristigfar kepada Allah Azza Wa Jalla dan bertaubat kepada-Nya sebagaimana yang telah disebutkan tentang sifat orang yang bertakwa Allah berfirman:

3:135

Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (Q.S. Ali Imran 135)

Karena Allah Azza Wa Jalla tidak ridho dan Allah Azza Wa Jalla murka pada perbuatan tersebut, menghentikan langsung saat itu tidak mengulur waktu, langsung saat itu demikianlah diantara keutamaan ilmu Allah Azza Wa Jalla menjaga para pemiliknya dari penyimpangan-penyimpangan dari ilmu yang diketahui Wallahu a’lam.

Pertanyaan di jawab oleh Ustadz Tata Abdul Ghoni dalam program acara KISAH (Kajian Ilmiyah Siang Hari) Meraih Kehidupan Bahagia pukul 13.00-14.00

Adapun untuk rekaman audio tanya jawab ini Anda bisa simak di bawah ini:

Atau Anda bisa download langsung disini.

dipublish oleh Abu Arfa Tim radioassunnah.com

Ayat dan Hadits dari berbagai sumber. Gambar dari sxc.hu

No comments:

Post a Comment