Wednesday, July 10, 2013

Radio Assunnah 92.3 FM

Radio Assunnah 92.3 FM


Keutamaan Bulan Ramadhan

Posted: 09 Jul 2013 08:38 PM PDT

Segala puji hanya bagi Allah Yang menciptakan, menjadikan, dan membaguskan segala sesuatu, termasuk air dan tanah. Tidak tersembunyi dalam pandangan-Nya langkah semut kecil di tengah malam. Dan tidak ada yang samar dari ilmu-Nya sebutir atom pun yang ada di langit dan di bumi.

لَهُ ما فِى السَّمٰوٰتِ وَما فِى الأَرضِ وَما بَينَهُما وَما تَحتَ الثَّرىٰ ﴿٦﴾ وَإِن تَجهَر بِالقَولِ فَإِنَّهُ يَعلَمُ السِّرَّ وَأَخفَى ﴿٧﴾ اللَّهُ لا إِلٰهَ إِلّا هُوَ ۖ لَهُ الأَسماءُ الحُسنىٰ ﴿٨﴾

“Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah. Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi. Dialah Allah, tidak ada yang berhak diibadahi melainkan Dia, Dia mempunyai al-Asmaa-ul Husnaa (nama-nama yang baik).” (QS. Thaaha: 6-8)

Dia telah menciptakan Adam dan memberikan cobaan kepada-nya, kemudian memilih, mengampuni, dan memberinya petunjuk. Dia telah mengutus Nuh yang kemudian membuat kapal yang berlayar di atas perintah-Nya. Dia Yang menyelamatkan al-Khalil (Ibrahim ‘Alaihissalam) dari api, dengan mengubah panasnya menjadi dingin dan keselamatan, maka ambillah pelajaran terhadap apa yang telah terjadi. Dia yang memberi sembilan mukzizat kepada Musa, tetapi Fir’aun tidak juga mengambil pelajaran dan bertaubat. Dia telah menolong ‘Isa dengan berbagai mukzizat yang melebihi dan mengalahkan para mahluk. Dan Dia-lah yang menurunkan al-Kitab yang berisi penjelasan dan petunjuk kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Aku memuji-Nya atas kesinambungan nikmat-nikmat-Nya yang datang silih berganti. Dan kuucapkan shalawat dan salam kepada Nabi-Nya yang diutus di Ummul Qura’ (Makkah). Semoga shalawat dan salam dari Allah senantiasa tercurah kepada beliau, dan kepada Sahabat beliau Abu bakar yang telah menemani beliau dalam goa tanpa menyanggah. Kepada ‘Umar, Sahabat yang pemikirannya diberi ilham, sehingga ia memandang dengan cahaya dari Allah. Kepada ‘Utsman, suami dari dua orang putri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, suatu fakta yang tidak bisa didustakan. Kepada ‘Ali anak paman beliau, lautan ilmu dan singa padang pasir, serta kepada seluruh keluarga dan Sahabat beliau yang keutamaan mereka telah tersebar di kalangan para mahluk.

Saudara-saudaraku, bulan mulia dan musim yang agung telah menaungi kita. Saat dimana Allah memperbesar pahala, melipatgandakan pemberian, dan membuka pintu-pintu kebaikan bagi orang-orang yang menginginkannya. Bulan yang penuh dengan berbagai kebaikan, keberkahan, dan pemberian.

Allah subhanahu wata’ala berfirman:

شَهرُ رَمَضانَ الَّذى أُنزِلَ فيهِ القُرءانُ هُدًى لِلنّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِنَ الهُدىٰ وَالفُرقانِ…

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil)…” (QS. Al_Baqarah: 185)

Bulan yang diliputi dengan rahmat, ampunan, dan pembebasan dari Neraka. Awalnya adalah rahmat, tengahnya adalah ampunan, dan akhirnya adalah pembebasan dari Neraka (1). Keutamaannya telah masyhur disebutkan dalam hadits dan atsar yang mutawatir.

Disebutkan dalam ash-Shahihain dari Abu Hurairah radiallahu’anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إذا جاء رمضان فُتّحت أبواب الجنة ، وغُلّقت أبواب النار ، وصُفّدت الشياطين

“Apabila Ramadhan tiba, maka pintu-pintu Surga dibuka, pintu-pintu Neraka ditutup, dan syaitan-syaitan dibelenggu.”

Pintu-pintu Surga dibuka pada bulan tersebut disebabkan oleh banyaknya amal shalih yang dikerjakan, sekaligus untuk memotivasi ummat Islam supaya melakukan kebaikan. Pintu-pintu Neraka ditutup disebabkan sedikitnya dosa yang dilakukan oleh orang beriman. Syaitan-syaitan diikat, lalu dibelenggu, tidak dibiarkan lepas seperti dalam bulan-bulan selain Ramadhan.

Imam Ahmad telah meriwayatkan dari Abu Hurairah radiallahu’anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

أُعْطِيَتْ أمَّتِي خمسَ خِصَال في رمضانَ لم تُعْطهُنَّ أمَّةٌ من الأمَم قَبْلَها؛ خُلُوف فِم الصائِم أطيبُ عند الله من ريح المسْك، وتستغفرُ لهم الملائكةُ حَتى يُفطروا، ويُزَيِّنُ الله كلَّ يوم جَنتهُ ويقول: يُوْشِك عبادي الصالحون أن يُلْقُواْ عنهم المؤونة والأذى ويصيروا إليك، وتُصفَّد فيه مَرَدةُ الشياطين فلا يخلُصون إلى ما كانوا يخلُصون إليه في غيرهِ، ويُغْفَرُ لهم في آخر ليلة، قِيْلَ يا رسول الله أهِيَ ليلةُ القَدْرِ؟ قال: لاَ ولكنَّ العاملَ إِنما يُوَفَّى أجْرَهُ إذا قضى عَمَلَه

“Ummatku diberikan lima hal yang belum pernah diberikan kepada ummat-ummat sebelumnya ketika ramadhan: (1) Bau mulut orang yang berpuasa itu lebih baik dari wangi misik di sisi Allah. (2) Para Malaikat beristigfar untuk mereka hingga berbuka. (3) Allah memperindah Surga-Nya setiap hari, seraya berfirman kepadanya: ‘Hampir-hampir para hamba-Ku yang shalih akan mencampakkan berbagai kesukaran dan penderitaan lalu kembali padamu’. (4) Syaitan-syaitan durjana dibelenggu, tidak dibiarkan lepas seperti dalam bulan-bulan selain ramadhan. (5) Mereka akan mendapatkan ampunan di akhir malam.’ Ada yang bertanya, ‘Wahai Rasulullah apakah itu terjadi pada malam Lailatul Qodar?’ Beliau menjawab, ‘Bukan. Namun pelaku kebaikan akan disempurnakan pahalanya seusai menyelesaikan amalannya.’” (2)

Saudara-saudaraku, ini adalah lima perkara yang Allah persiapkan untuk kita. Dengan lima perkara tersebut kita mendapat kekhususan dari Allah diantara ummat-ummat lainnya. Itu semua diberikan agar Allah menyempurnakan berbagai nikmat-nikmat-Nya kepada kita. Sungguh, betapa banyak nikmat dan keutamaan yang Allah telah berikan kepada kita, sebagaimana firman-Nya:

كُنتُم خَيرَ أُمَّةٍ أُخرِجَت لِلنّاسِ تَأمُرونَ بِالمَعروفِ وَتَنهَونَ عَنِ المُنكَرِ وَتُؤمِنونَ بِاللَّهِ…

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah…” (QS. Ali-’Imran:110).

Perkara Pertama
Bau mulut orang yang berpuasa itu lebih baik dari wangi misik disisi Allah (3). Kata (الخُلُوف), huruf kha’-nya bisa dibaca dengan fathah, atau dhammah, artinya adalah perubahan bau mulut ketika lambung kosong dari makanan. Ini adalah bau yang dibenci oleh manusia, namun ia lebih wangi dari misik disisi Allah, sebab ia terlahir dari ibadah dan ketaatan kepada Allah. Apa saja yang timbul dari ibadah dan ketaatan kepada-Nya tentu akan dicintai oleh-Nya, dan pelakunya akan diberikan sesuatu yang lebih baik sebagai gantinya. Tidakkah engkau lihat bahwa orang yang mati syahid di jalan Allah dalam rangka meninggikan kalimat-Nya itu akan datang di hari Kiamat dengan darah yang mengalir, warnanya adalah warna darah, namun baunya adalah wangi misik?

Demikian juga ketika haji, Allah membanggakan orang-orang yang wuquf di ‘Arafah kepada malaikat-Nya.
Allah subhanahu wata’ala berfirman:

انظروا إلى عبادي، جاؤوني شعثاً غبراً

“Lihatlah para hamba-Ku. mereka datang kepada-Ku dalam keadaan rambut kusut dan berdebu.” (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban dalam shahihnya). (4)

Rambut kusut dalam kondisi ini dicintai oleh Allah karena ia timbul disebabkan ketaatan kepada Allah dengan meninggalkan larangan-larangan dalam ihram dan kemewahan hidup.

Perkara Kedua
Para malaikat akan beristigfar untuk orang-orang yang mengerjakan ibadah puasa hingga mereka berbuka. Para malaikat adalah para hamba-Nya yang dimuliakan disisi-Nya, di mana Allah menyifati mereka dengan firman-Nya:

لا يَعصونَ اللَّهَ ما أَمَرَهُم وَيَفعَلونَ ما يُؤمَرونَ ﴿٦﴾

Yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahriim: 6)

Maka sungguh layak jika Allah subhanahu wata’ala mengabulkan doa para Malaikat untuk orang yang berpuasa. Sebab, mereka pun memang telah diizinkan untuk itu . Allah mengizinkan para malaikat untuk beristigfar bagi mereka adalah dalam rangka mengangkat, meninggikan penyebutan, serta menjelaskan keutamaan puasa ummat ini.

Makna istigfar adalah meminta ampunan, yaitu dengan menutupi dan memaafkan dosa, baik di dunia maupun di akhirat. Ini adalah keinginan sekaligus tujuan yang tertinggi. Seluruh anak Adam pasti sering berbuat salah dan bersikap melampaui batas terhadap diri mereka sendiri. Mereka benar-benar membutuhkan ampunan dari Allah subhanahu wata’ala.

Perkara ketiga
Allah memperindah surga setiap hari, sebagai persiapan untuk para hamba-Nya yang shalih, dalam rangka memotivasi mereka untuk memasukinya.

Allah subhanahu wata’ala berfirman kepada Surga:

يُوْشِك عبادي الصالحون أن يُلْقُواْ عنهم المؤونة والأذى

“Hampir-hampir para hamba-Ku yang shalih akan mencampakkan berbagai kesukaran dan penderitaan.”

Yang dimaksud dengan hadits ini adalah mereka mencampakkan kesukaran, kelebihan dan penderitaan dunia, serta giat melakukan amal shalih yang mengantarkan mereka kepada Surga, sekaligus mengandung kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.

Perkara keempat
Syaitan-syaitan pembangkang diikat dengan rantai dan belenggu (5), sehingga mereka tidak bisa menyesatkan hamba-hamba Allah yang shalih dari kebenaran, dan mencegah mereka dari kebaikan. Ini adalah salah satu pertolongan Allah kepada mereka. Musuh mereka diikat, sehingga tidak bisa mengajak golongannya untuk menjadi penghuni Neraka yang menyala-nyala. Oleh sebab itu, dapat engkau saksikan bahwa orang-orang shalih mempunyai keinginan yang lebih tinggi untuk melakukan kebaikan dan menahan diri dari kejelekan dibandingkan pada bulan-bulan lainnya.

Perkara kelima
Allah mengampuni umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam di tiap akhir malam pada bulan ini (6). Jika mereka melaksanakan apa yang seharusnya dikerjakan pada bulan ini, berupa puasa dan shalat. Allah akan memberikan karunia dengan menyempurnakan pahala mereka pada saat mereka selesai mengerjakan amal-amal mereka, karena sesungguhnya orang yang beramal itu akan disempurnakan pahala amalannya setelah ia selesai mengerjakannya.

Allah subhanahu wata’ala memberi karunia kepada para hamba-Nya dengan pahala tersebut dari tiga sisi:

Pertama: Allah mensyari’atkan amal-amal shalih kepada mereka sebagai sebab terampuninya dosa dan terangkatnya derajat mereka. Sekiranya Allah tidak mensyari’atkan hal itu, tentulah mereka tidak beribadah kepada-Nya dengan amal-amal shalih tersebut. Sebab, ibadah itu tidak diambil melainkan dari wahyu Allah kepada Rasul-Nya. Oleh karena itu, Allah mengingkari orang yang mengada-adakan syari’at selain diri-Nya. dan menjadikan hal tersebut sebagai kesyirikan.

Allah subhanahu wata’ala berfirman:

أَم لَهُم شُرَكٰؤُا۟ شَرَعوا لَهُم مِنَ الدّينِ ما لَم يَأذَن بِهِ اللَّهُ

Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?… (QS. Asy-Syuura:21)

Kedua: Mereka diberi taufiq oleh Allah untuk mengerjakan amal shalih yang sudah ditinggalkan oleh kebanyakan manusia. Sekiranya bukan karena taufiq dan pertolongan Allah kepada mereka, tentulah mereka tidak akan mengerjakannya. Hanya milik Allah-lah segala keutamaan dan karunia dalam hal ini.

يَمُنّونَ عَلَيكَ أَن أَسلَموا ۖ قُل لا تَمُنّوا عَلَىَّ إِسلٰمَكُم ۖ بَلِ اللَّهُ يَمُنُّ عَلَيكُم أَن هَدىٰكُم لِلإيمٰنِ إِن كُنتُم صٰدِقينَ ﴿١٧﴾

“Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: “”Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar.”" (QS. Al-Hujuraat: 17).

Ketiga: Allah memberi karunia dengan pahala yang banyak. Satu kebaikan dibalas dengan sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat, bahkan jauh lebih banyak dari itu. Karunia berupa amalan dan pahala adalah dari Allah semata, segala puji bagi-Nya. Dia-lah pemilik, pemelihara, dan pengatur alam semesta.

Saudara-saudaraku, ramadhan adalah nikmat yang besar bagi orang-orang yang mendapati dan menunaikan haknya. Yaitu dengan kembali kepada Rabb-nya, dari kemaksiatan menuju ketaatan kepada-Nya, dari kelalaian menuju ingat kepada-Nya, dan dari jauhnya diri menuju taubat kepada-Nya.

Disebutkan dalam syair:

يا ذا الذي ماكفاه الذنب في رجب ** حتى عصى ربه في شهر شعبان

لقد أظلك شهر الصوم بعدهما** فلا تصيره أيضا شهر عصيان

واتل القران وسبح فيه مجتهدا ** فإنه شهر تسبيح وقرآن

كم كنت تعرف ممن صام في سلف ** من بين أهل وجيران وإخوان

أفناهم الموت واستبقاك بعدهم ** حيا فما أقرب القاصي من الداني

Wahai orang yang di bulan rajab tidak menghentikan dosa,
hingga ia mendurhakai Robb-nya di bulan sya’ban
Sesungguhnya bulan puasa menaungimu setelah keduanya,
janganlah engkau jadikan juga sebagai bulan kemaksiatan
Bacalah Al-quran dan bertasbihlah dengan sungguh-sungguh,
karena sesungguhnya ia adalah bulan tasbih dan Al-quran
betapa banyak yang engkau mengenal para pendahulumu berpuasa,
dari kalangan keluarga, tetangga, dan saudara
Maut menyirnakan mereka, membiarkanmu hidup sepeninggalan mereka,
yang jauh akan menjadi dekat, alangkah cepatnya.

Ya Allah, bangunkanlah kami dari tidur dalam kelalaian, berilah taufiq kepada kami untuk berbekal dengan taqwa sebelum akhirnya berpindah (ke alam lain (meninggal)). Berilah rizki kepada kami untuk memanfaatkan waktu dan ketenangan. Ampunilah kami kedua orang tua kami, dan seluruh kaum muslimin dengan rahmat-Mu, wahai Dzat yang maha penyayang diantara para penyayang. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, beserta keluarga dan para Sahabatnya.

Disalin dari buku:
Majelis Bulan Ramadhan
Syaikh Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin

Footnote:
1. Hadits mengenai awal bulan Ramadhan adalah rahmat, tengahnya adalah ampunan, dan akhirnya adalah pembebasan dari Neraka adalah dha’if. Lihat Dha’iif at-Targhiib wat Tarhiib (I/297), karya Syaikh al-Albani.

2. Diriwayatkan oleh al-Bazzar dan al-Baihaqi dalam kitab ats-Tsawaab. Sanadnya lemah sekali. Namun sebagian lafadz hadits tersebut mempunyai beberapa syahid (penguat) yang shahih.

3. Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim, tanpa menyebutkan bahwa ia merupakan kekhususan ummat ini.

4. Shahih dengan beberapa syahid

5. Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dengan lafadz: “Syaitan-syaitan di belenggu.” Ibnu Khuzaimah dengan lafadz: “Syaitan-syaitan dari golongan jin pembangkang.” Dan dalam riwayat an-Nasa-i: “Syaitan-syaitan yang membangkang.” Semua riwayat tersebut berasal dari Abu Hurairah, tanpa disebutkan tentang pengkhususan ummat ini.

6. Al-Baihaqi menyebutkan riwayat yang semisalnya dari hadits Jabir. Al-Mundziri berkomentar: “Sanadnya muqarib (hampir bisa dijadikan hujjah), lebih shahih dari yang sebelumnya.” Maksudnya, ia lebih shahih daripada hadits Abu Hurairah yang telah disebutkan sebelumnya. (Padahal dalam sanad hadits ada Jabir Zaid al-’Ami, ia seorang yang dha’if. Demikianlah yang diisyaratkan oleh Syaikh al-Albani, silahkan merujuk Dha’iif at-Targhiib wat Tarhiib (I/296)).

No comments:

Post a Comment