Thursday, July 11, 2013

Muslim.or.id: Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah

Muslim.or.id: Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah


Kajian Ramadhan 2: Puasa untuk Meraih Takwa

Posted: 10 Jul 2013 08:13 PM PDT

Sungguh, di bulan Ramadhan banyak pelajaran berharga yang bisa kita petik. Pelajaran tersebut sulit didapati titik ujungnya. Pelajaran yang bisa kita ambil yang paling besar adalah pelajaran takwa. Bahkan setiap amalan yang ada di bulan Ramadhan bertujuan untuk meraih takwa.

Ketahuilah bahwa takwa adalah sebaik-baiknya bekal. Takwa adalah sebaik-baik pakaian yang dikenakan seorang muslim. Takwa inilah yang jadi wasiat orang terdahulu dan belakangan. Takwa itulah jalan keluar ketika seseorang berada dalam kesulitan. Takwa itulah sebab mendapatkan pertolongan ketika mati. Takwa itulah jalan menuju ketenangan.

Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah berkata, “Intinya, takwa adalah wasiat Allah pada seluruh makhluk-Nya. Takwa pun menjadi wasiat Rasul -shallallahu ‘alaihi wa sallam- kepada umatnya. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus pasukan, beliau pun menasehati mereka untuk bertakwa. Itu semua bertujuan supaya dengan takwa manusia meraih kebaikan.” (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 404).

Lalu apa yang dimaksud takwa? Takwa sebagaimana kata Tholq bin Habib rahimahullah,

التَّقْوَى : أَنْ تَعْمَلَ بِطَاعَةِ اللَّهِ عَلَى نُورٍ مِنْ اللَّهِ تَرْجُو رَحْمَةَ اللَّهِ وَأَنْ تَتْرُكَ مَعْصِيَةَ اللَّهِ عَلَى نُورٍ مِنْ اللَّهِ تَخَافَ عَذَابَ اللَّهِ

“Takwa adalah engkau melakukan ketaatan pada Allah atas petunjuk dari Allah dan mengharap rahmat Allah. Takwa juga adalah engkau meninggalkan maksiat yang Allah haramkan atas petunjuk dari-Nya dan atas dasar takut pada-Nya.” (Lihat Majmu’atul Fatawa karya Ibnu Taimiyah, 7: 163 dan Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam karya Ibnu Rajab Al Hambali, 1: 400).

Kata Ibnu Rajab Al Hambali,

وأصلُ التقوى : أنْ يعلم العبدُ ما يُتَّقى ثم يتقي.

“Takwa asalnya adalah seseorang mengetahui apa yang mesti ia hindari lalu ia tinggalkan.”

‘Aun bin ‘Abdillah berkata,

تمامُ التقوى أنْ تبتغي علمَ ما لم يُعلم منها إلى ما عُلِمَ منها

“Takwa yang sebenarnya adalah jika seseorang ingin tahu sesuatu yang tidak ia ketahui hingga ia pun akhirnya jadi tahu.”

Ma’ruf Al Karkhi berkata, dari Bakr bin Khunais, ia berkata,

كيف يكون متقياً من لا يدري ما يَتَّقي ؟

“Bagaimana seseorang bisa dikatakan bertakwa sedangkan ia tidak mengetahui apa yang mesti dijauhi?”

Lalu Ma’ruf kemudian berkata,

إذا كنتَ لا تُحسنُ تتقي أكلتَ الربا ، وإذا كنتَ لا تُحسنُ تتقي لقيتكَ امرأةٌ فلم تَغُضَّ بصرك

“Jika engkau tidak baik dalam takwa, maka pasti engkau akan terjerumus dalam memakan riba. Kalau engkau tidak hati-hati dalam takwa, maka pasti engkau akan memandang seorang wanita lantas pandanganmu tidak kau tundukkan.” (Lihat Jaami’ ‘Ulum wal Hikam, 1: 402).

Ramadhan pun disebut oleh para ulama dengan bulan takwa. Sifat takwa inilah yang nanti akan diraih dari amalan puasa. Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan bagi kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan pada orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Baqarah: 183).

Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah menyebutkan,

“Allah Ta’ala menyebutkan dalam ayat di atas mengenai hikmah disyari’atkan puasa yaitu agar kita bertakwa. Karena dalam puasa, kita mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Yang meliputi takwa dalam puasa adalah seorang muslim meninggalkan apa yang Allah haramkan saat itu yaitu makan, minum, hubungan intim sesama pasangan dan semacamnya. Padahal jiwa begitu terdorong untuk menikmatinya. Namun semua itu ditinggalkan karena ingin mendekatkan diri pada Allah dan mengharap pahala dari-Nya. Inilah yang disebut takwa.

Begitu pula orang yang berpuasa melatih dirinya untuk semakin dekat pada Allah. Ia mengekang hawa nafsunya padahal ia bisa saja menikmati berbagai macam kenikmatan. Ia tinggalkan itu semua karena ia tahu bahwa Allah selalu mengawasinya.

Begitu pula puasa semakin mengekang jalannya setan dalam saluran darah. Karena setan itu merasuki manusia pada saluran darahnya. Ketika puasa, saluran setan tersebut menyempit. Maksiatnya pun akhirnya berkurang.

Orang yang berpuasa pun semakin giat melakukan ketaatan, itulah umumnya yang terjadi. Ketaatan itu termasuk takwa.

Begitu pula ketika puasa, orang yang kaya akan merasakan lapar sebagaimana yang dirasakan fakir miskin. Ini pun bagian dari takwa.” Demikian perkataan Syaikh As Sa’di dalam Taisir Al Karimir Rahman, hal. 86.

Moga puasa kita semakin mendekatkan kita pada sifat takwa. Hanya Allah yang memberikan kemudahan dan taufik.

Referensi:

  • Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab Al Hambali, tahqiq: Syu’aib Al Arnauth dan Ibrahim Yajus, terbitan Muassasah Ar Risalah, cetakan kesepuluh, tahun 1432 H.
  • Romadhon Durusun wa ‘Ibarun – Tarbiyatun wa Usrorun, Dr. Muhammad bin Ibrahim Al Hamad, terbitan Dar Ibnu Khuzaimah, cetakan kedua, tahun 1424 H.
  • Taisir Al Karimir Rahman fii Tafsir Kalamil Mannan, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, terbitan Muassasah Ar Risalah, cetakan pertama, tahun 1423 H.

Pagi hari, 2 Ramadhan 1434 H @ Pesantren Darush Sholihin, Warak, Girisekar, Panggang, Gunungkidul, D. I. Yogyakarta

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Muslim.Or.Id

Shalat, Pintu Meraih Ampunan (1)

Posted: 10 Jul 2013 04:54 PM PDT

shalat

Sesungguhnya di antara dampak agung dan buah yang indah dari ibadah sholat adalah: diampuni dari segala dosa dan dihapuskan segala kesalahan. Imam Muslim meriwayatkan di Kitab Shahihnya, dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Shalat lima waktu, Jum’at satu ke yang lain, Ramadhan ke Ramadhan adalah kafaroh (penghapus dosa) bagi seseorang, apabila dia menjauhi dosa-dosa besar“. (HR Muslim No. 233)

Dalam Shahih Bukhari dan Muslim Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwasanya dia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bagaimana pendapat kalian seandainya ada sungai yang Anda mandi disana setiap harinya lima kali, apakah masih tersisa kotoran?” Para sahabat menjawab, tidak tersisa kotoran sedikitpun, kemudian Rasulullah shallallahu wa sallam melanjutkan, “Demikianlah shalat lima waktu, Allah menghapus segala dosa dengannya” (HR Bukhari No. 528 dan Muslim no. 283)

Hadits-hadits yang semakna dengan hal ini sangat banyak karenanya disyariatkan bagi seorang muslim untuk memperbanyak memohon ampunan di setiap keadaan dalam sholatnya. Baik pada saat berdiri, ruku’, sujud dan duduk.

Doa Iftitah

Di antara do’a iftitah (ketika seorang muslim berdiri dalam sholat), Imam Muslim meriwayatkan,

dari ‘Ali bin Abi Tholib radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا، وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ، إِنَّ صَلَاتِي، وَنُسُكِي، وَمَحْيَايَ، وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، لَا شَرِيكَ لَهُ، وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ، اللهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَنْتَ رَبِّي، وَأَنَا عَبْدُكَ، ظَلَمْتُ نَفْسِي، وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي جَمِيعًا، إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ، وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ، وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ، لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ، وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ، أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ، تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

Aku hadapkan wajahku kepada Allah, Maha pencipta langit dan bumi dengan keadaan ikhlas dan tidak mempersekutukan-Nya. Sesungguhnya shalatku, segala ibadahku, hidupku dan matiku, hanya semata-mata untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya, dan karena itu aku patuh kepada perintah-Nya, dan berserah diri kepadaNya. Ya Allah, Engkaulah Maha Penguasa. Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Engkau. Engkaulah Rabbku dan aku adalah hamba-Mu. Aku telah menzhalimi diriku dan aku mengakui dosa-dosaku. Karena itu ampunilah dosa-dosaku semuanya. Sesungguhnya tidak ada yang berwenang untuk mengampuni segala dosa melainkan Engkau. Dan tunjukilah kepadaku akhlak yang paling bagus. Sesungguhnya tidak ada yang dapat menunjukkannya melainkan hanya Engkau. Dan jauhkanlah akhlak yang buruk dariku, karena sesungguhnya tidak ada yang sanggup menjauhkannya melainkan hanya Engkau. Labbaik wa sa’daik (Aku patuhi segala perintah-Mu, dan aku tolong agama-Mu). Segala kebaikan berada di tangan-Mu. Sedangkan kejahatan tidak datang daripada-Mu. Aku berpegang teguh dengan-Mu dan kepada-Mu. Maha Suci Engkau dan Maha Tinggi. Kumohon ampun dari-Mu dan aku bertobat kepada-Mu” (HR Muslim no. 201)

Doa Ruku'

Diantara doa yang dibaca ketika ruku’ dan sujud, yang diriwayatkan oleh Syaikhan (Imam al-Bukhari dan Muslim), dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha,

سُبْحَانَكَ اللهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ، اللهُمَّ اغْفِرْ لِي

Maha Suci Engkau, Ya Allah, Rabb kami dan dengan kemuliaan-Mu, Ya Allah, ampunilah aku” (HR. Bukhari No. 794, Muslim No. 484)

Doa I'tidal

Diantara doa yang dibaca ketika bangkit dari ruku’, Imam Muslim meriwayatkan, ‘Abdullah din Abi Aufa mengabarkan bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

اللهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ مِلْءُ السَّمَاءِ، وَمِلْءُ الْأَرْضِ، وَمِلْءُ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ اللهُمَّ طَهِّرْنِي بِالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَالْمَاءِ الْبَارِدِ اللهُمَّ طَهِّرْنِي مِنَ الذُّنُوبِ وَالْخَطَايَا، كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْوَسَخِ

Ya Allah, Rabb kami, segala puji bagiMu sepenuh langit dan bumi serta sepenuh sesuatu yang Engkau kehendaki setelah itu. Ya Allah bersihkanlah aku dengan es, embun, dan air yang dingin. Ya Allah bersihkanlah aku dari dosa dan kesalahan sebagaimana baju yang putih dibersihkan dari kotoran” (HR. Muslim no. 771)

Do'a Sujud

Di antara doa yang dibaca ketika sujud yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a ketika sujudnya,

اللهُمَّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي كُلَّهُ دِقَّهُ، وَجِلَّهُ، وَأَوَّلَهُ وَآخِرَهُ وَعَلَانِيَتَهُ وَسِرَّهُ

Ya Allah, ampunilah semua dosa-dosaku, yang kecil maupun yang besar, yang awal maupun yang akhir, dan yang terang-terangan maupun yang sembunyi-sembunyi” (HR. Muslim no. 483)

Diterjemahkan dari kitab Ta'zhiimus Shalah, Syaikh Prof Dr Abdurrazaq bin Abdul Mushin al Badr

Penerjemah: Muhammad Oksa
Artikel Muslim.Or.Id

 

No comments:

Post a Comment