Thursday, August 30, 2012

Muslim.or.id: Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah

Muslim.or.id: Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah


Wajibnya Mengkafirkan Orang Kafir Dan Musyrik

Posted: 30 Aug 2012 04:00 PM PDT

Di antara prinsip ajaran Islam yaitu seorang muslim mesti meyakini kafirnya non muslim dan orang musyrik, tidak ragu akan kekafiran mereka, juga tidak sampai membenarkan ajaran mereka. Demikian dijelaskan oleh para ulama mengenai akidah yang mesti diyakini setiap muslim. Jika tidak meyakini hal tersebut, Islam seseorang jadi tidak sah.

Mengkafirkan Yahudi, Nashrani dan Orang Musyrik

Wajib bagi setiap muslim mengkafirkan orang yang dinyatakan kafir oleh Allah dan Rasul-Nya. Allah telah menyatakan kafirnya orang musyrik yaitu para pengagung berhala dan orang-orang yang menjadikan selain Allah sebagai tandingan dalam ibadah. Begitu juga seorang muslim harus meyakini kafirnya orang yang tidak beriman pada para rasul atau tidak beriman pada sebagian Rasul -seperti kafirnya orang Nashrani yang tidak mau beriman pada Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam-. Sebagaimana dalam Al Qur'an pun telah ditegaskan akan kafirnya orang Yahudi, Nashrani, pengagung berhala dan orang musyrik secara umum. Seorang muslim harus meyakini kafirnya orang-orang tadi sebagaimana Allah dan Rasul-Nya telah menyatakan kafirnya mereka. Sebagai buktinya disampaikan dalam ayat-ayat berikut ini:

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ

"Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putera Maryam”." (QS. Al Maidah: 17). Ayat ini menunjukkan seorang muslim harus meyakini kafirnya orang Nashrani.

وَقَالَتِ الْيَهُودُ يَدُ اللَّهِ مَغْلُولَةٌ غُلَّتْ أَيْدِيهِمْ وَلُعِنُوا بِمَا قَالُوا

"Orang-orang Yahudi berkata: “Tangan Allah terbelenggu”, sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dila’nat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu." (QS. Al Maidah: 24). Orang Yahudi dalam ayat ini dilaknat karena mereka telah mensifati Allah dengan sifat pelit sedangkan merekalah yang ghoni (berkecukupan atau kaya).[1]

لَقَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ فَقِيرٌ وَنَحْنُ أَغْنِيَاءُ

"Sesungguhnya Allah telah mendengar perkatan orang-orang yang mengatakan: “Sesunguhnya Allah miskin dan kami kaya”." (QS. Ali Imran: 181). Ayat-ayat di atas menceritakan tentang kafirnya ahli kitab, yaitu Yahudi dan Nashrani.

Kita pun bisa menghukumi kafirnya mereka karena mereka mengingkari kenabian Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Padahal kenabian tersebut telah tercatat dalam kitab mereka sendiri. Sebagaimana dijelaskan dalam ayat,

الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ فَالَّذِينَ آَمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (157) قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ فَآَمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (158)

"(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung. Katakanlah: “Wahai sekalian manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk”." (QS. Al A'rof: 157-158). Dalam ayat ini disebutkan bahwa penyebutan Nabi Muhammad sudah ada dalam kitab taurat dan injil. Dan juga disebutkan "Wahai sekalian manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua", ayat ini adalah umum yaitu seruan untuk ahli kitab dan seluruh umat. Jadi siapa saja yang tidak mengimani keumuman risalah Nabi Muhammadshallallahu 'alaihi wa sallam walau ia meyakini Muhammad adalah utusan Allah, akan tetapi ia mengatakan bahwa kerasulan Muhammad hanya khusus untuk orang Arab dan tidak pada umat yang lainnya, maka ia kafir. Bagaimana jika ia tidak mengimani risalah Muhammad sama sekali? Tentu yang terakhir ini lebih parah kekafirannya.

Sama halnya, seorang muslim pun harus meyakini kafirnya orang musyrik. Karena syirik itu membatalkan persaksian dua kalimat syahadat dan membatalkan keislaman, juga merusak tauhid. Jadi, wajib bagi setiap muslim mengkafirkan orang musyrik terserah dari bangsa Arab atau non Arab yang menjadikan selain Allah sebagai tandingan bagi Allah.

Satu ayat lagi yang menjadi bukti pernyataan kafir dari Allah pada orang Yahudi, Nashrani dan orang musyrik yaitu pada ayat,

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ

"Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk." (QS. Al Bayyinah: 6). Ayat ini secara tegas mengatakan mereka kafir.

Ragu akan Kafirnya Mereka

Begitu pula orang yang ragu akan kafirnya Yahudi, Nashrani dan orang musyrik, maka ia pun kafir. Contohnya seseorang yang mengatakan bahwa ia tidak mengetahui bahwa mereka tadi kafir ataukan tidak. Orang seperti ini dihukumi kafir karena terdapat keraguan dalam agamanya antara kafir dan iman, tidak bisa membedakan antara ini dan itu.

Yang Lebih Parah Jika Sampai Membenarkan Ajaran Mereka

Yang lebih parah dari itu jika sampai seseorang membenarkan ajaran agama lain atau ajaran orang musyrik. Begitu banyak saat ini orang-orang yang mengatasnamakan diri mereka Islam namun berprinsip seperti ini. Mereka sampai membenarkan dan mendukung ajaran Yahudi dan Nashrani. Inilah yang dikenal dengan "dakwah penyatuan agama", yaitu menyatukan antara Islam, Yahudi dan Nashrani. Semua agama ini dianggap sama karena semuanya sama-sama beriman kepada Allah. Jadi, kata mereka jangan sampai dikafirkan. Mereka lebih parah dari orang yang sekedar ragu akan kafirnya agama lain. Contoh membenarkan agama non Islam dengan mengatakan, "Mereka sama-sama beriman pada Allah, sama-sama mengikuti para nabi. Yahudi mengikuti ajaran Musa, sedangkan Nashrani mengikuti ajaran 'Isa."

Bantahan: Sebenarnya mereka tidak mengikuti Musa, tidak pula mengikuti Isa. Jika mereka benar-benar mengikuti keduanya, tentu mereka akan beriman pada Nabi Muhammad -shallallahu 'alaihi wa sallam-. Dalam Taurat orang Yahudi yang diturunkan pada Musa sudah termaktub nama Nabi Muhammad -shallallahu 'alaihi wa sallam-. Sebagaimana Allah Ta'ala berfirman,

الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ

"(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka." (QS. Al A'rof: 157).

Begitu pula dalam Injil Nashrani yang diturunkan pada Nabi Isa ada juga penyebutan Muhammad. Bahkan Nabi Isa sampai tegas menyebutkannya sebagaimana kita dapat menyaksikan dalam ayat,

وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ

"Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)".” (QS. Ash Shoff: 6). Siapa yang datang setelah Nabi Isa? Yaitu Nabi kita Muhammad -shallallahu 'alaihi wa sallam-. Dan dalam ayat ini disebut dengan nama Ahmad, di antara nama nabi kita yang mulia. Bahkan di akhir zaman, Isa akan turun dan akan mengikuti nabi kita Muhammad, akan berhukum dengan syari'at Islam dan bukan membawa ajaran yang baru.

Jadi, barangsiapa yang tidak mengimani Muhammad -shallallahu 'alaihi wa sallam- dan tidak mengikuti  ajaran beliau, ia kafir. Inilah akidah yang wajib diyakini setiap muslim. Jangan sampai ia keluar dari Islam sedangkan ia dalam keadaan tidak tahu. Seseorang bisa keluar dari Islam karena tidak mengkafirkan orang kafir atau bahkan sampai membenarkan ajaran mereka. Sehingga tidak pantas mereka non muslim dianggap sebagai saudara layaknya saudara seiman.

Yahudi dan Nashrani Tidak Akan Senang

Perlu dipahami bahwa Yahudi dan Nashrani tidak ingin kaum muslimin tetap eksis di atas agama mereka. Allah Ta'alaberfirman,

وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ

"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka." (QS. Al Baqarah: 120).

وَقَالُوا كُونُوا هُودًا أَوْ نَصَارَى تَهْتَدُوا

"Dan mereka berkata: “Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk”." (QS. Al Baqarah: 135). Jadi orang Yahudi dan Nashrani menganggap bahwa jika seseorang tidak berada di atas ajaran mereka, maka mereka tidak mendapat petunjuk, alias 'sesat'. Inilah yang disebutkan dalam ayat Al Qur'an, kalam Allah. Tentu saja ini alasan kita menganggap mereka kafir. Bagaimana kita bisa ragu akan kekafiran mereka?

Sekali lagi, akidah seorang muslim tidaklah sah sampai ia mengimani kafirnya orang kafir. Ia harus bisa membedakan antara yang benar dan yang salah, antara iman dan kekafiran, antara musyrik dan muwahhid (ahli tauhid).

Semoga Allah selalu menunjuki kita pada akidah yang lurus. Wallahu waliyyut taufiq.

 

(*) Dikembangkan dari tulisan Syaikhuna -guru kami- Dr. Sholih bin Fauzan bin 'Abdillah Al Fauzan -hafizhohullah- dalam kitab "Durus fii Syarh Nawaqidhil Islam", terbitan Maktabah Ar Rusyd, tahun 1425 H, hal. 78-83.

Dirampungkan menjelang Zhuhur di Ponpes Darush Sholihin, Warak-Girisekar, Panggang-Gunung Kidul, 12 Syawal 1433 H

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Muslim.Or.Id

Wednesday, August 29, 2012

Muslim.or.id: Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah

Muslim.or.id: Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah


Fikih Haji (1): Hukum dan Syarat Haji

Posted: 29 Aug 2012 04:00 PM PDT

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Bahasan ini sengaja kami susun bagi kaum muslimin yang akan menunaikan haji, barangkali tahun ini atau tahun-tahun akan datang. Materi ini amatlah ringkas, yang kami sarikan dari beberapa buku haji. Semoga kami pun bisa mengambil manfaat dari apa yang kami susun. Bahasan ini dibagi menjadi delapan pembahasan:

  1. Hukum dan syarat haji
  2. Tiga cara manasik haji
  3. Rukun haji
  4. Wajib haji
  5. Larangan ketika ihram
  6. Miqot
  7. Tata cara manasik haji
  8. Kesalahan-kesalahan ketika haji

HUKUM HAJI

Hukum haji adalah fardhu 'ain, wajib bagi setiap muslim yang mampu, wajibnya sekali seumur hidup. Haji merupakan bagian dari rukun Islam. Mengenai wajibnya haji telah disebutkan dalam Al Qur'an, As Sunnah dan ijma' (kesepakatan para ulama).

1. Dalil Al Qur'an

Allah Ta'ala berfirman,

وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ

"Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam." (QS. Ali Imron: 97). Ayat ini adalah dalil tentang wajibnya haji. Kalimat dalam ayat tersebut menggunakan kalimat perintah yang berarti wajib. Kewajiban ini dikuatkan lagi pada akhir ayat (yang artinya), "Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam". Di sini, Allah menjadikan lawan dari kewajiban dengan kekufuran. Artinya, meninggalkan haji bukanlah perilaku muslim, namun perilaku non muslim.

2. Dalil As Sunnah

Dari Ibnu 'Umar, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

بُنِىَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ ، وَالْحَجِّ ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ

"Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan mengaku Muhammad adalah utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berhaji dan berpuasa di bulan Ramadhan." (HR. Bukhari no. 8 dan Muslim no. 16). Hadits ini menunjukkan bahwa haji adalah bagian dari rukun Islam. Ini berarti menunjukkan wajibnya.

Dari Abu Hurairah, ia berkata,

« أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ فَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمُ الْحَجَّ فَحُجُّوا ». فَقَالَ رَجُلٌ أَكُلَّ عَامٍ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَسَكَتَ حَتَّى قَالَهَا ثَلاَثًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لَوْ قُلْتُ نَعَمْ لَوَجَبَتْ وَلَمَا اسْتَطَعْتُمْ

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berkhutbah di tengah-tengah kami. Beliau bersabda, "Wahai sekalian manusia, Allah telah mewajibkan haji bagi kalian, maka berhajilah." Lantas ada yang bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah setiap tahun (kami mesti berhaji)?" Beliau lantas diam, sampai orang tadi bertanya hingga tiga kali. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lantas bersabda, "Seandainya aku mengatakan 'iya', maka tentu haji akan diwajibkan bagi kalian setiap tahun, dan belum tentu kalian sanggup." (HR. Muslim no. 1337). Sungguh banyak sekali hadits yang menyebutkan wajibnya haji hingga mencapai derajat mutawatir (jalur yang amat banyak) sehingga kita dapat memastikan hukum haji itu wajib.

3. Dalil Ijma' (Konsensus Ulama)

Para ulama pun sepakat bahwa hukum haji itu wajib sekali seumur hidup bagi yang mampu. Bahkan kewajiban haji termasuk perkara al ma'lum minad diini bidh dhoruroh (dengan sendirinya sudah diketahui wajibnya) dan yang mengingkari kewajibannya dinyatakan  kafir.

SYARAT WAJIB HAJI

  1. Islam
  2. Berakal
  3. Baligh
  4. Merdeka
  5. Mampu

Kelima syarat di atas adalah syarat yang disepakati oleh para ulama. Sampai-sampai Ibnu Qudamah dalam Al Mughni berkata, "Saya tidak mengetahui ada khilaf (perselisihan) dalam penetapan syarat-syarat ini." (Al Mughni, 3:164)

Catatan:

  1. Seandainya anak kecil berhaji, maka hajinya sah. Namun hajinya tersebut dianggap haji tathowwu' (sunnah). Jika sudah baligh, ia masih tetap terkena kewajiban haji. Hal ini berdasarkan kesepakatan para ulama (baca: ijma').
  2. Syarat mampu bagi laki-laki dan perempuan adalah: (a) mampu dari sisi bekal dan kendaraan, (b) sehat badan, (c) jalan penuh rasa aman, (d) mampu melakukan perjalanan.
  3. Mampu dari sisi bekal mencakup kelebihan dari tiga kebutuhan: (1) nafkah bagi keluarga yang ditinggal dan yang diberi nafkah, (2) kebutuhan keluarga berupa tempat tinggal dan pakaian, (3) penunaian utang.
  4.  Syarat mampu yang khusus bagi perempuan adalah: (1) ditemani suami atau mahrom, (2) tidak berada dalam masa 'iddah.

SYARAT SAHNYA HAJI

  1. Islam
  2. Berakal
  3. Miqot zamani, artinya haji dilakukan di waktu tertentu (pada bulan-bulan haji), tidak di waktu lainnya. 'Abullah bin 'Umar, mayoritas sahabat dan ulama sesudahnya berkata bahwa waktu tersebut adalah bulan Syawwal, Dzulqo'dah, dan sepuluh hari (pertama) dari bulan Dzulhijjah.
  4. Miqot makani, artinya haji (penunaian rukun dan wajib haji) dilakukan di tempat tertentu yang telah ditetapkan, tidak sah dilakukan tempat lainnya. Wukuf dilakukan di daerah Arafah. Thowaf dilakukan di sekeliling Ka'bah. Sa'i dilakukan di jalan antara Shofa dan Marwah. Dan seterusnya.

 -bersambung insya Allah-

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel www.muslim.or.id

Radio Assunnah 92.3 FM

Radio Assunnah 92.3 FM


Tafsir Al-Muyassar

Posted: 28 Aug 2012 07:47 PM PDT

Anda bisa memutar file langsung dari player dibawah atau langsung dengan mendownload mp3 resensi buku ini.

  • Judul Buku : Tafsir Al-Muyassar
  • Penerbit : An-Naba
  • Penyusun : Kumpulan Pakar Tafsir di bawah bimbingan Syaikh Shalih bin  Abdul Aziz Alusy Syaikh
  • Tebal :  806 Halaman
  • Jilid  :  3 Jilid
  • Ukuran :  24 x 16,5 cm

Mungkin anda sudah banyak menemui atau membaca buku tafsir al Quran buah karya dari para ulama ahlussunnah yang sudah banyak beredar. Dan kini untuk menambah pengetahuan anda mengenai tafsir al Quran, hadir pula buku tafsir al-Muyassar untuk membawa makna-makna agung yang menunjukkan keutamaan apa yang dibawa oleh Al-Quran yaitu petunjuk dan rahmat bagi seluruh alam. Juga keutamaan beberapa surat dan ayat-ayatnya dan apa yang telah disiapkan bagi pembacanya berupa kebaikan yang besar dan pahala yang agung di dunia dan di akhirat.

Buku ini merupakan buku tafsir terjemah yang dilengkapi dengan berbagai tambahan dan kelebihan dibandingkan buku tafsir lainnya, diantaranya adalah:

  1. Dilengkapi dengan keutamaan-keutamaan surat-surat dalam al Quran, khususnya yang berdasarkan kepada nash yang shahih.
  2. Penyajian ayat al Quran dalam satu halaman penuh sesuai dengan halaman aslinya, sehingga bisa difungsikan sebagaimana mushaf biasa, tanpa harus terpenggal tiap ayatnya.
  3. Dilengkapi dengan terjemah al Quran bahasa Indonesia.
  4. Dilengkapi pula dengan terjemah al Quran bahasa inggris.
  5. Dan juga Asbabun nuzul atau sebab-sebab turunnya ayat.
  6. Dan, yang masih ada yang lebih unik dalam kitab tafsir ini, yaitu cara penyajian yang memudahkan pembaca dengan setting dan lay-out yang dibuat sedemikian rupa sehingga pembaca mendapatkan kenyamanan saat menelaah isi kitab ini.

Dengan berbagai kelebihan tersebut, menjadikan buku tafsir ini memiliki nilai tambah dibandingkan buku tafsir lainnya. Dan tak heran jika banyak pujian dan sanjungan, baik dari kalangan penuntut ilmu syar’i maupun dari kalangan para ahli tafsir.

Demikianlah secara ringkas isi dari Buku Tafsir Al-Muyassar ini. Dengan membaca buku ini, insya Allah akan menambah pengetahuan anda mengenai Tafsir Al Quran. Insya Alloh.

Untuk bisa mendapatkan buku ini, anda bisa membelinya di toko buku terdekat dengan harga hanya Rp 450.000 

  • Judul Buku : Tafsir Al-Muyassar
  • Penerbit : An-Naba
  • Penyusun : Kumpulan Pakar Tafsir di bawah bimbingan Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alusy Syaikh
  • Tebal : 806 Halaman
  • Jilid : 3 Jilid
  • Ukuran : 24 x 16,5 cm
  • Harga : 450.000,-
  • Informasi : 0271-656060
  • Website : www.an-naba.com

Tuesday, August 28, 2012

Muslim.or.id: Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah

Muslim.or.id: Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah


Perbedaan Taubat dan Istighfar

Posted: 28 Aug 2012 04:00 PM PDT

Kita selalu butuh akan ampunan Allah karena kita adalah hamba yang tidak bisa lepas dari dosa. Dosa ini bisa gugur dengan taubat dan ucapan istighfar. Terlihat kedua amalan ini sama. Namun ada sedikit perbedaan mendasar yang perlu dipahami. Taubat lebih sempurna dan di dalamnya terdapat istighfar. Namun istighfar yang sempurna adalah jika diiringi dengan taubat.

Syaikh 'Abdul 'Aziz bin 'Abdillah bin Baz –rahimahullah- menjelaskan,

Taubat berarti,

الندم على الماضي والإقلاع منه والعزيمة أن لا يعود فيه

"Menyesali (dosa) yang telah lalu, kembali melakukan ketaatan dan bertekad untuk tidak mengulangi dosa tersebut lagi." Inilah yang disebut taubat.

Sedangkan istighfar bisa jadi terdapat taubat di dalamnya dan bisa jadi hanya sekedar ucapan di lisan. Ucapan istighfar seperti "Allahummaghfirlii" (Ya Allah, ampunilah aku) atau "Astaghfirullah"  (Ya Allah, aku memohon ampun pada-Mu).

Adapun taubat itu sendiri dilakukan dengan menyesali dosa, berhenti dari maksiat dan bertekad tidak akan mengulanginya. Ini disebut taubat, kadang pula disebut istighfar. Istighfar yang bermanfaat adalah yang diiringi dengan penyesalan, berhenti dari dosa dan bertekad tidak akan  mengulangi dosa tersebut lagi. Inilah yang kadang disebut istighfar dan kadang pula disebut taubat. Sebagaimana hal ini diisyaratkan dalam firman Allah Ta'ala,

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ , أُولَئِكَ جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ

"Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun (beristighfar) terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal." (QS. Ali Imran: 135-136).

Yang dimaksud istighfar pada ayat di atas adalah menyesal dan tidak terus menerus berbuat dosa. Ia mengucapkan 'Allahummaghfirlli, astaghfirullah' (Ya Allah, ampunilah aku. Ya Allah, aku memohon ampun pada-Mu), lalu disertai dengan menyesali dosa dan Allah mengetahui hal itu dari hatinya tanpa terus menerus berbuat dosa bahkan disertai tekad untuk meninggalkan dosa tersebut. Jadi, jika seseorang 'astaghfir' atau 'Allahummaghfir lii' dan dimaksudkan untuk taubat yaitu disertai penyesalan, kembali taat dan bertekad tidak akan mengulangi dosa lagi, inilah taubat yang benar. [Sumber Mawqi' Syaikh Ibnu Baz]

Ya Allah, terimalah taubat kami dan tutupilah setiap dosa kami dengan istighfar.

Selepas shalat Shubuh @ Dammam, KSA, Jum'at-20 Jumadats Tsaniyah 1433 H

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Muslim.Or.Id

Monday, August 27, 2012

Muslim.or.id: Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah

Muslim.or.id: Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah


Salah Dalam Memahami Syirik

Posted: 27 Aug 2012 04:00 PM PDT

Syirik sudah kita pahami bersama adalah sejelek-jeleknya dosa. Namun sebagian orang keliru dalam memahami syirik, dikira syirik hanyalah bentuk penyembahan terhadap berhala atau meyakini ada pencipta selain Allah. Padahal syirik tidak terbatas pada itu saja. Dan sekali lagi syirik yang kita bahas bukanlah yang artinya 'meri' dalam bahasa Jawa atau artinya iri. Namun yang dibahas, syirik adalah bentuk peribadahan pada selain Allah.

Beberapa kekeliruan dalam memahami syirik:

Pertama: Syirik dianggap hanyalah bentuk penyembahan terhadap berhala. Sedangkan bentuk beribadah pada wali, orang sholih atau pada kuburan, maka bukanlah syirik. Bentuk peribadahan yang ada hanyalah tawassul, meminta syafa'at atau semacam itu. Sehingga syirik hanyalah bentuk peribadahan pada berhala.

Bantahan: Bentuk peribadahan kepada berhala adalah di antara jenis syirik. Syirik adalah meminta pada selain Allah baik dari berhala maupun selainnya. Dan sesembahan orang musyrik bermacam-macam, tidak hanya berhala. Sesembahan mereka ada berupa berhala. Ada yang berupa matahari dan rembulan. Ada yang berupa setan, juga ada yang berupa pohon dan batu. Ada pula yang menyembah malaikat. Ada pula yang menyembah wali dan orang sholih. Jadi sekali lagi bukan hanya terbatas pada penyembahan pada berhala saja.

Dalil bahwasanya sesembahan orang musyrik bukan hanya berhala namun beraneka ragam, sebagaimana dalil berikut.

وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan." (QS. Fushshilat: 37). Ini menunjukkan bahwa ada orang musyrik yang menyembah matahari dan rembulan.

وَلَا يَأْمُرَكُمْ أَنْ تَتَّخِذُوا الْمَلَائِكَةَ وَالنَّبِيِّينَ أَرْبَابًا

"Dan (tidak wajar pula baginya) menyuruhmu menjadikan malaikat dan para nabi sebagai tuhan." (QS. Ali Imran: 80). Dalil yang disebut di sini menunjukkan bahwa ada orang musyrik yang menyembah malaikat dan nabi.

وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّي إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِنْ كُنتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلَا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ

"Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?”. Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib”."(QS. Al Maidah: 116). Ini juga dalil bahwa Nabi juga ada yang disembah.

أُوْلَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمْ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ

"Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya." (QS. Al Isro': 57). Orang sholih pun ada yang disembah dan ini termasuk kesyirikan.

أَفَرَأَيْتُمْ اللَّاتَ وَالْعُزَّى وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ الْأُخْرَى

"Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap al Lata dan al Uzza, dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)" (QS. An Najm: 19-20). Dalil ini juga menunjukkan pohon dan batu ada yang disembah.

Kedua: Yang dianggap syirik adalah jika meyakini bahwa ada pencipta selain Allah, ada yang memberi rizki selain Allah dan ada yang mengatur alam semesta selain Allah. Jadi dianggap seseorang disebut bertauhid jika meyakini bahwa tidak ada pencipta, pemberi rizki dan pengatur alam semesta selain Allah.

Bantahan: Keyakinan seperti ini benar. Namun seseorang disebut musyrik (berbuat syirik) di masa silam bukanlah karena keyakinan di atas. Mereka tidak disebut musyrik karena tidak meyakini perkara rububiyah di atas. Mereka sama sekali tidak meyakini bahwa berhala itu dapat mencipta, memberi rizki, dapat menghidupkan atau mematikan. Berhala-berhala tadi hanya dijadikan perantara dalam beribadah kepada Allah. Allah Ta'ala berfirman,

وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ

"Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: “Mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada kami di sisi Allah”." (QS. Yunus: 18). Orang-orang musyrik tidaklah mengatakan bahwa berhala-berhala tadi menciptakan mereka atau memberi rizki pada mereka, namun yang mereka yakini, berhala-berhala tersebut bisa memberikan syafa'at kepada mereka di sisi Allah dan menjadi perantara pada Allah. Ini adalah keyakinan sesat, yaitu hanya membatasi syirik pada tauhid rububiyah saja ketika tidak meyakini Allah sebagai pencipta dan pemberi rizki. Bahkan sejelek-jelek syirik adalah syirik dalam hal uluhiyah yaitu memalingkan satu jenis ibadah kepada selain Allah. Inilah syirik yang telah diperingatkan dengan keras dan menjadi misi utama para rasul diutus, serta menjadi sebab disyari'atkannya jihad. Sedangkan keyakinan bahwa berhala itu bisa mencipta dan memberi rizki hampir-hampir jarang ditemui, yang diyakini adalah berhala-berhala tadi dijadikan perantara dan pemberi syafa'at di sisi Allah.

Ketiga: Yang disebut syirik adalah dalam tauhid hakimiyah yaitu ketika tidak berhukum dengan hukum Allah.

Bantahan: Ini memang di antara jenis syirik karena pensyariatan hukum hanya menjadi wewenang Allah. Namun syirik bukan hanya dibatasi dalam hal ini. Bahkan syirik lebih umum dari itu. Syirik terdapat dalam do'a, tumbal sembelihan pada selain Allah, nadzar pada selain Allah, dan istighotsah pada selain Allah. Jika dikhususkan pada tauhid hakimiyah saja, maka itu keliru.

Jadi, Syirik adalah …

Jika kita merenungkan Al Qur'an yang disebut syirik adalah memalingkan ibadah pada selain Allah. Dalilnya sebagaimana dalam beberapa ayat berikut,

وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ

"Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: “Mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada kami di sisi Allah”." (QS. Yunus: 18).

قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَا يَمْلِكُونَ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ

"Katakanlah: ” Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrah pun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu sahampun dalam (penciptaan) langit dan bumi" (QS. Saba': 22). Dalil ini menunjukkan syirik dalam do'a karena dipalingkannya do'a pada selain Allah.

Dalil berikut pula menunjukkan bahwa tumbal sembelihan hanya boleh untuk Allah,

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

"Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berqurbanlah" (QS. Al Kautsar: 2)

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (162) لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ (163)

"Katakanlah: sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”." (QS. Al An'am: 162-163). Sembelihan dan shalat kepada selain Allah termasuk syirik dan syirik itu sendiri beraneka ragam macamnya.

Kaedah yang benar dalam memahami syirik:

Syirik adalah memalingkan salah satu ibadah kepada selain Allah. Orang yang memalingkannya disebut musyrik.

Wallahu waliyyut taufiq.

 

(*) Dikembangkan dari tulisan Syaikhuna -guru kami- Dr. Sholih bin Fauzan bin 'Abdillah Al Fauzan -hafizhohullah- dalam kitab "Durus fii Syarh Nawaqidhil Islam", terbitan Maktabah Ar Rusyd, tahun 1425 H, hal. 41-43.

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Muslim.Or.Id

Laporan Donasi Pemasukan YPIA Bulan Juli 2012

Posted: 27 Aug 2012 04:41 AM PDT

Alhamdulillahi robbil 'alamin. Wassholatu was salamu 'ala ashrofil anbiya' wal mursaliin. Wa'ala aalihi wa ashabihi ajma'in. Amma Ba'du.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Barang siapa meminjami Allah (berinfak) dengan pinjaman yang baik maka Allah akan melipatkandakan balasannya kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan" (QS Al Baqarah: 245).

Berikut kami laporkan catatan pemasukan donasi dakwah YPIA dan deskripsi ringkas kegiatan yang telah dilakukan pada bulan Juli 2012.
Tabel Catatan Pemasukan pada Bulan Juli 2012

Untuk mendownload laporan lengkap, bisa dengan link berikut:

Laporan Donasi YPIA Bulan Juli 2012

 

Bagi donatur yang ingin memberikan bantuan dalam kegiatan dakwah, bisa ditransfer ke nomor rekening Bidang Donasi Dakwah YPIA sebagai berikut:

1. Bank BNI Syariah dengan no. rekening 0241913801

Atas nama Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari

 

2. Bank Muamalat dengan no. rekening 0001247776

Atas nama Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari Yogyakarta

 

3. Bank Syariah Mandiri dengan no. rekening 0300132637

Atas nama YPIA Yogyakarta

 

4. Bank CIMB Niaga Syariah dengan no. rekening 508.01.00028.00.0

Atas nama Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari

Donatur yang telah menyalurkan bantuan dimohon memberikan sms konfirmasi ke no. 085747223366 (Muhammad Rezki Hr)

Untuk mendapatkan info mengenai berbagai kegiatan Donasi Dakwah YPIA silahkan bergabung dengan akun Donasi Dakwah YPIA di Facebook dengan ID : Donasi Dakwah YPIA. Jika ada pertanyaan terkait kegiatan Donasi Dakwah YPIA, bisa dikirim ke email donasidakwah.ypia@yahoo.com atau donasi.dakwah.ypia@gmail.com

Penutupan Donasi Program Semarak Ramadhan YPIA 1433 H / 2012 M

Posted: 27 Aug 2012 04:18 AM PDT

Penutupan Donasi Program Semarak Ramadhan YPIA 1433 H / 2012 M

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SubhanahuwaTa’ala atas nikmat dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada kita sehingga kita dapat menjumpai bulan Syawal 1433. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad, beserta keluarganya, para sahabatnya, dan umatnya hingga akhir zaman.

Dengan berakhirnya bulan Ramadhan 1433 H, maka berakhir pula donasi Program Semarak Ramadhan 1433 H. Kami ucapkan jazakumullahukhairan kepada seluruh kaum muslimin yang telah berpastisipasi dalam Program Semarak Ramadhan 1433 ini, semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah SubhanahuwaTa’ala. Berikut kami sampaikan beberapa program/kegiatan yang telah dilaksanakan beserta total donasi yang telah diberikan oleh kaum muslimin:

1. Penerbitan Buku "Panduan Ramadhan, Bekal Meraih Ramadhan Penuh Berkah": Total donasi Rp62.230.249,-

2. Penyaluran Buka Puasa Ramadhan untuk masyarakat di Lereng Merapi dan yang membutuhkan: Total donasi Rp65.706.199,-

3. Penerbitan "Uleennuha" Booklet Mahasiswa Baru: Total donasi Rp1.215.123,-

4. Kajian Ramadhan (Pagi dan Sore): Total donasi, Rp470.000,-

5. Bingkisan Hari Raya: Total donasi Rp800.000,-

6. I'tikaf: Total Donasi Rp2.250.000,-

7. Pelayanan Kultum dan Ceramah: Total Donasi Rp -

8. BADAR (Bahasa Arab Dasar Ramadhan): Total Donasi Rp -

9. Lain-lain (fidyah, kegiatan umum, pesantren ramadhan, dll): Rp10.270.000

Sehingga Total Donasi yang diterima untuk Program Semarak Ramadhan 1433 H: Rp 142.141.571

Adapun rincian penggunaan donasi akan diumumkan kemudian bersama Laporan Pertanggungjawaban Program Semarak Ramadhan 1433 H, insya Allah. Kami ucapkan jazakumullahukhairan atas donasi yang telah diberikan oleh kaum Muslimin.

a.n Panitia Semarak Ramadhan 1433 H Yayasan Pendidikan Islam Al Atsari Yogyakarta.

Sunday, August 26, 2012

Muslim.or.id: Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah

Muslim.or.id: Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah


Sikap Pertengahan Dalam Beragama

Posted: 26 Aug 2012 04:00 PM PDT

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah ditanya mengenai maksud dari sikap pertengahan dalam beragama. Beliau menjawab:

Sikap pertengahan dalam beragama adalah sikap tidak ghuluw (ekstrem) dalam beragama, yaitu melewati batasan yang ditetapkan Allah Azza Wa Jalla, namun juga tidak kurang dari batasan yang ditetapkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Bersikap pertengahan dalam beragama yaitu dengan meneladai jalan hidup Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Sedangkan sikap ghuluw, adalah melebihi dari apa yang beliau ajarkan. Dan taqshiir adalah yang melakukan kurang dari apa yang beliau ajarkan.

Contohnya, seseorang mengatakan: ‘Saya ingin shalat malam dan tidak tidur setiap hari, karena shalat adalah ibadah yang paling utama maka saya ingin sepanjang malam saya dalam keadaan shalat‘. Maka kita katakan bahwa sikap ini adalah sikap ghuluw dalam beragama dan tidak benar. Hal yang semisal ini pun pernah terjadi di masa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam

اجتمع نفر فقال بعضهم: أنا أقوم ولا أنام، وقال الآخر: أنا أصوم ولا أفطر، وقال الثالث: أنا لا أتزوج النساء، فبلغ ذلك النبي، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فقال، عليه الصلاة والسلام: ” ما بال أقوامٍ يقولون كذا وكذا أنا أصوم وأفطر، وأقوم، وأنام، وأتزوج النساء، فمن رغب عن سنتي فليس مني

Sekelompok orang berkumpul membicarakan sesuatu. Lelaki pertama berkata, saya akan shalat malam dan tidak tidur. Yang lain berkata, saya akan puasa dan tidak berbuka. Yang ketiga berkata, saya tidak akan menikah. Perkataan mereka ini sampai kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam . Kemudian beliau berkata, kenapa ada orang-orang yang begini dan begitu?! Aku shalat malam tapi juga tidur, aku puasa tapi juga berbuka, dan aku menikahi wanita. Barangsiapa yang membenci sunnahku, dia tidak di atas jalanku” (HR. Bukhari-Muslim)

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berlepas diri dari mereka yang ghuluw karena mereka tidak menyukai sunnah Nabi, diantara yaitu puasa dan berbuka, shalat malam dan tidur, serta menikah dengan para wanita.

Sedangkan al muqashir (orang yang meremehkan) adalah orang yang berkata: “Saya tidak butuh shalat sunnah, saya cukup shalat wajib saja”. Bahkan terkadang mereka meremehkan perkara-perkara yang wajib. Inilah al muqashir.

Adapun al mu’tadil (orang yang bersikap pertengahan) adalah orang yang menerapkan apa yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan para khulafa ar rasyidin.

Contoh lain, ada 3 orang yang sedang membahas seorang yang fasiq di depan mereka.

Yang pertama mengatakan: ‘Saya tidak akan memberi salam pada orang fasiq ini. Akan saya boikot dia, saya jauhi dan saya tidak mau bicara dengannya’.

Orang kedua mengatakan: ‘Saya akan berjalan bersama orang fasiq ini, bermuka cerah di hadapannya, mengundangnya ke rumah saya, saya pun memenuhi undangannya, dan sikap saya terhadapnya sama seperti sikap saya terhadap orang shalih’.

Orang ketiga mengatakan: ‘Orang fasiq ini, saya benci dia karena perbuatan fasiqnya. Namun saya masih cinta dia karena imannya. Saya tidak akan memboikot dia kecuali jika memang diboikot ia menjadi lebih baik. Namun kalau boikot saya itu malah menambah kefasikannya, maka saya tidak boikot dia’.

Kami katakan, orang yang pertama adalah ekstrim kanan (ghalin) sedangkan orang yang kedua adalah ekstrim kirim (muqashir)  dan yang ketiga adalah orang yang pertengahan (mutawashith). Demikian juga hal ini terjadi dalam seluruh perkara ibadah dan muamalah. Yaitu orang-orang pasti termasuk salah satu dari 3 keadaan ini, muqashir, ghalin dan mutawashith.

Contoh ketiga, ada lelaki yang sudah berkeluarga, ia dikendalikan sesuai keinginan istrinya. Suaminya tidak menentang perbuatan dosa yang dilakukan istrinya dan tidak menyemangatinya untuk berbuat kebaikan. Istrinya telah menguasai akalnya dan jadilah sang istri ‘pemimpin’ dalam rumah tangganya.

Lelaki yang lain, kasar, angkuh, dan merasa tinggi di hadapan istrinya. Tidak peduli pada istrinya dan memperlakukan istrinya seolah istrinya lebih rendah dari pada pembantu.

Lelaki yang ketiga adalah lelaki yang bersikap pertengahan. Ia bersikap sebagaimana diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya:

وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ

Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf” (QS. Al Baqarah: 228)

لا يفرك مؤمن مؤمنة إن كره منها خلقا رضي منها خلقا آخر

Janganlah seorang mu’min membenci seorang mu’minah. Jika ia tidak menyukai salah satu sifatnya, hendaklah ia menyenangi sifat yang lainnya” (HR. Muslim)

Lelaki yang terakhir tadi adalah yang mutawashith, yang pertama itu ghaalin dalam bermuamalah dengan istrinya sedangkan yang kedua muqashir. Demikian juga ini berlaku dalam seluruh amal ibadah dan muamalah.

Majmu' Fatawa War Rasail Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, 1/43, Asy Syamilah ]

Penerjemah: Yulian Purnama
Artikel Muslim.Or.Id

Lowongan Kerja Pesantren Wisata Madinatul Quran

Posted: 25 Aug 2012 07:00 PM PDT

Pesantren Wisata Madinatul Qur’an Bogor, membuka lowongan kerja sebagai berikut:

1. Tenaga Web Master ( Kode: WM)

PERSYARATAN

  1. Pria, Lulusan  D1 Fresh graduate dibidang  web design atau lulusan SMK atau lainnya yang mumpuni di bidang website beserta pengelolaannya.
  2. Familiar dengan Facebook, Twitter, BB, dan media komunikasi lainnya.
  3. Supel dan mudah berkomunikasi.
  4. Siap Standby di lokasi.
  5. Bersedia menjalani proses percobaan kerja selama 2 bulan.
  6. Muslim dan bermanhaj ahlussunnah wal jama’ah

FASILITAS

  1. Gaji Pokok.
  2. Asrama tempat tinggal.
  3. Bonus (termasuk THR) untuk pegawai tetap.
  4. Berkesempatan untuk berangkat umroh. (Bagi yang memiliki prestasi yang special

BERKAS-BERKASI YANG HARUS DIKUMPULKAN

  1. Foto berwarna  30% dan foto berwarna full body (digabung dengan resume biodata)
  2. CV Lengkap dengan biodata. (disertai alamat tinggal lengkap dengan no kontak hp dan telp)
  3. Scan KTP yang berlaku, akte kelahiran, dan KK
  4. Scan Ijazah terakhir.
  5. Scan Piagam penghargaan, Kursus, seminar dll jika ada

2. Tenaga Arsitek atau Sipil  (Kode: TAS)

PERSYARATAN

  1. Pria, Lulusan  S1 Fresh graduate dibidang  Arsitek atau Sipil
  2. Memiliki Kemampuan desaign lokasi.
  3. Suppel dan mudah berkomunikasi.
  4. Siap Standby di lokasi.
  5. Bersedia menjalani proses percobaan kerja selama 2 bulan.
  6. Muslim dan bermanhaj ahlussunnah wal jamaah

FASILITAS

  1. Gaji Pokok.
  2. Asrama tempat tinggal.
  3. Bonus (termasuk THR) untuk pegawai tetap.
  4. Berkesempatan untuk berangkat umroh (bagi yang memiliki prestasi yang special).

BERKAS-BERKASI YANG HARUS DIKUMPULKAN

  1. Foto berwarna  30% dan foto berwarna full body (digabung dengan resume biodata)
  2. CV Lengkap dengan biodata (disertai alamat tinggal lengkap dengan no kontak hp dan telp)
  3. Scan KTP yang berlaku, akte kelahiran, dan KK
  4. Scan Ijazah terakhir.
  5. Scan Piagam penghargaan, Kursus, seminar dll jika ada

 

Berkas dikirimkan selambat-lambatnya tanggal 10 september 2012

ke email:  PMQ.Rekruitmen@yahoo.com atau  PMQ.Rekruitmen@gmail.com

Bagi yang sesuai dengan kualifikasi awal akan kami panggil untuk wawancara melalui telepon

Saturday, August 25, 2012

Muslim.or.id: Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah

Muslim.or.id: Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah


Istiqamah Setelah Ramadhan

Posted: 25 Aug 2012 04:00 PM PDT

بسم الله الرحمن الرحيم

Tidak terasa, waktu begitu cepat berlalu, dan bulan Ramadhan yang penuh dengan keberkahan dan keutamaan berlalu sudah. Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang celaka karena tidak mendapatkan pengampunan dari Allah Ta’ala selama bulan Ramadhan, sebagaimana yang tersebut dalam doa yang diucapkan oleh malaikat Jibril ‘alaihissalam dan diamini oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam: "Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadhan kemudian Ramadhan berlalu dalam keadaan dosa-dosanya belum diampuni (oleh Allah Ta’ala )"1.

Salah seorang ulama salaf berkata: "Barangsiapa yang tidak diampuni dosa-dosanya di bulan Ramadhan maka tidak akan diampuni dosa-dosanya di bulan-bulan lainnya"2.

Oleh karena itu, mohonlah dengan sungguh-sungguh kepada Allah Ta’ala agar Dia menerima amal kebaikan kita di bulan yang penuh berkah ini dan mengabulkan segala doa dan permohonan ampun kita kepada-Nya, sebagaimana sebelum datangnya bulan Ramadhan kita berdoa kepada-Nya agar Allah Ta’ala  mempertemukan kita dengan bulan Ramadhan dalam keadaan hati kita kita dipenuhi dengan keimanan dan pengharapan akan ridha-Nya. Imam Mu'alla bin al-Fadhl berkata: "Dulunya (para salaf) berdoa kepada Allah Ta’ala (selama) enam bulan agar Allah mempertemukan mereka dengan bulan Ramadhan, kemudian mereka berdoa kepada-Nya (selama) enam bulan (berikutnya) agar Dia menerima (amal-amal shalih) yang mereka (kerjakan)"3.

Lalu muncul satu pertanyaan besar dengan sendirinya: Apa yang tertinggal dalam diri kita setelah Ramadhan berlalu? Bekas-bekas kebaikan apa yang terlihat pada diri kita setelah keluar dari madrasah bulan puasa?

Apakah bekas-bekas itu hilang seiring dengan berlalunya bulan itu? Apakah amal-amal kebaikan yang terbiasa kita kerjakan di bulan itu pudar setelah puasa berakhir?

Jawabannya ada pada kisah berikut ini:

Imam Bisyr bin al-Harits al-Hafi pernah ditanya tentang orang-orang yang (hanya) rajin dan sungguh-sungguh beribadah di bulan Ramadhan, maka beliau menjawab: "Mereka adalah orang-orang yang sangat buruk, (karena) mereka tidak mengenal hak Allah kecuali hanya di bulan Ramadhan, (hamba Allah) yang shaleh adalah orang yang rajin dan sungguh-sungguh beribadah dalam setahun penuh"4.

Demi Allah, inilah hamba Allah Ta’ala  yang sejati, yang selalu menjadi hamba-Nya di setiap tempat dan waktu, bukan hanya di waktu dan tempat tertentu.

Imam Asy-Syibli pernah ditanya: Mana yang lebih utama, bulan Rajab atau bulan Sya'ban? Maka beliau menjawab: "Jadilah kamu seorang Rabbani (hamba Allah Ta’ala  yang selalu beribadah kepada-Nya di setiap waktu dan tempat), dan janganlah kamu menjadi seorang Sya'bani (orang yang hanya beribadah kepada-Nya di bulan Sya'ban atau bulan tertentu lainnya)"5.

Maka sebagaimana kita membutuhkan dan mengharapkan rahmat Allah Ta’ala di bulan Ramadhan, bukankah kita juga tetap membutuhkan dan mengharapkan rahmat-Nya di bulan-bulan lainnya? Bukankah kita semua termasuk dalam firman-Nya:

{يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيد}

"Hai manusia, kalian semua butuh kepada (rahmat) Allah; dan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji" (QS Faathir: 15).

Inilah makna istiqamah yang sesungguhnya dan inilah pertanda diterimanya amal shaleh seorang hamba. Imam Ibnu Rajab berkata: "Sesungguhnya Allah jika Dia menerima amal (kebaikan) seorang hamba maka Dia akan memberi taufik kepada hamba-Nya tersebut untuk beramal shaleh setelahnya, sebagaimana ucapan salah seorang dari mereka (ulama salaf): Ganjaran perbuatan baik adalah (taufik dari Allah Ta’ala  untuk melakukan) perbuatan baik setelahnya. Maka barangsiapa yang mengerjakan amal kebaikan, lalu dia mengerjakan amal kebaikan lagi setelahnya, maka itu merupakan pertanda diterimanya amal kebaikannya yang pertama (oleh Allah Ta’ala), sebagaimana barangsiapa yang mengerjakan amal kebakan, lalu dia dia mengerjakan perbuatan buruk (setelahnya), maka itu merupakan pertanda tertolak dan tidak diterimanya amal kebaikan tersebut"6.

Oleh karena itulah, Allah Ta’ala  mensyariatkan puasa enam hari di bulan Syawwal, yangkeutamannya sangat besar yaitu menjadikan puasa Ramadhan dan puasa enam hari di bulan Syawwal pahalanya seperti puasa setahun penuh, sebagaimana sabda Rasululah Shallallahu’alaihi Wasallam: "Barangsiapa yang berpuasa (di bulan) Ramadhan, kemudian dia mengikutkannya dengan (puasa sunnah) enam hari di bulan Syawwal, maka (dia akan mendapatkan pahala) seperti puasa setahun penuh"7.

Di samping itu juga untuk tujuan memenuhi keinginan hamba-hamba-Nya yang shaleh dan selalu rindu untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dengan puasa dan ibadah-ibadah lainnya, karena mereka adalah orang-orang yang merasa gembira dengan mengerjakan ibadah puasa. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: "Orang yang berpuasa akan merasakan dua kegembiraan (besar): kegembiraan ketika berbuka puasa dan kegembiraan ketika dia bertemu Allah"8.

Inilah bentuk amal kebaikan yang paling dicintai oleh AllahTa’ala dan Rasul-Nya Shallallahu’alaihi Wasallam.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: "Amal (ibadah) yang paling dicintai Allah Ta’ala  adalah amal yang paling terus-menerus dikerjakan meskipun sedikit"9.

Ummul mu'minin 'Aisyah Radhiallahu’anha berkata: "Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam jika mengerjakan suatu amal (kebaikan) maka beliau Shallallahu’alaihi Wasallam akan menetapinya"10.

Inilah makna istiqamah setelah bulan Ramadhan, inilah tanda diterimanya amal-amal kebaikan kita di bulan yang berkah itu, maka silahkan menilai diri kita sendiri, apakah kita termasuk orang-orang yang beruntung dan diterima amal kebaikannya atau malah sebaliknya.

{فَاعْتَبِرُوا يَا أُولِي الأبْصَارِ}

"Maka ambillah pelajaran (dari semua ini), wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat" (QS al-Hasyr: 2).

وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين

Kota Kendari, 6 Ramadhan 1433 H

 —

1 HR Ahmad (2/254), al-Bukhari dalam “al-Adabul mufrad” (no. 644), Ibnu Hibban (no. 907) dan al-Hakim (4/170), dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban, al-Hakim, adz-Dzahabi dan al-Albani.

2 Dinukil oleh imam Ibnu Rajab dalam kitab “Latha-iful ma’aarif” (hal. 297).

3 Dinukil oleh imam Ibnu Rajab al-Hambali dalam kitab "Latha-iful ma'aarif" (hal. 174).

4 Dinukil oleh imam Ibnu Rajab al-Hambali dalam kitab "Latha-iful ma'aarif" (hal. 313).

5 Ibid.

6 Kitab "Latha-iful ma'aarif" (hal. 311).

7 HSR Muslim (no. 1164).

8 HSR al-Bukhari (no. 7054) dan Muslim (no. 1151).

9 HSR al-Bukhari (no. 6099) dan Muslim (no. 783).

10 HSR Muslim (no. 746).

Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthani, MA.
Artikel Muslim.Or.Id

Tabligh Akbar Ustadz Abu Qotadah (Magelang, 2 September 2012 )

Posted: 24 Aug 2012 08:14 PM PDT

Hadirilah!!

Tabligh akbar dengan tema:

“SIKAP BIJAK AHLUSUNNAH TERHADAP PEMERINTAH”

bersama Ustadz Abu Qotadah (Pimpinan PonPes Ihya’ As-Sunnah Tasikmalaya)

Ahad, 2 September 2012
pukul 09.00 – selesai
di Masjid Al Ikhlas Tiatar Sawangan MagelangInformasi : 0813 2860 0073

Friday, August 24, 2012

Muslim.or.id: Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah

Muslim.or.id: Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah


Benci Popularitas

Posted: 24 Aug 2012 04:04 PM PDT

Kebanyakan orang malah ingin kondang dan tenar. Keinginan ini sering kita temukan pada para artis. Namun orang yang tahu agama pun punya keinginan yang sama. Ketenaran juga selalu dicari-cari oleh seluruh manusia termasuk orang kafir. Akhirnya, berbagai hal yang begitu aneh dilakuin karena ingin tenar dan tersohor. Berbagai rekor MURI pun ingin diraih dan dipecahkan karena satu tujuan yaitu tenar.

Sungguh hal ini sangat berbeda dengan kelakukan ulama salaf yang selalu menyembunyikan diri mereka dan menasehatkan agar kita pun tidak usah mencari ketenaran.

Al Fudhail bin 'Iyadh mengatakan, "Wahai hamba Allah, sembunyikanlah selalu kedudukan muliamu. Jagalah selalu lisanmu. Minta ampunlah terhadap dosa-dosamu, juga dosa yang diperbuat kaum mukminin dan mukminat sebagaimana yang diperintahkan padamu."

Abu Ayub As Sikhtiyani mengatakan, "Seorang hamba sama sekali tidaklah jujur jika keinginannya hanya ingin mencari ketenaran." (Lihat Ta'thirul Anfas, hal. 276.)

Ibnul Mubarak mengatakan bahwa Sufyan Ats Tsauri pernah menulis surat padanya, "Hati-hatilah dengan ketenaran.” (Lihat Ta'thirul Anfas, hal. 277.)

Daud Ath Tha'i mengatakan, "Menjauhlah engkau dari manusia sebagaimana engkau menjauh dari singa." (Lihat Ta'thirul Anfas, hal. 278) Maksudnya, tidak perlu kita mencari-cari ketenaran ketika beramal shalih.

Imam Ahmad mengatakan, "Beruntung sekali orang yang Allah buat ia tidak tenar." Beliau juga pernah mengatakan, "Aku lebih senang jika aku berada pada tempat yang tidak ada siapa-siapa.” (Lihat Ta'thirul Anfas, hal. 278)

Dzun Nuun mengatakan, "Tidaklah Allah memberikan keikhlasan pada seorang hamba kecuali ia akan suka berada di jubb (penjara di bawah tanah) sehingga tidak dikenal siapa-siapa.” (Lihat Ta'thirul Anfas, hal. 278)

Al Fudhail bin 'Iyadh mengatakan, "Rahimahullahu 'abdan akhmala dzikrohu (Moga-moga Allah merahmati seorang hamba yang tidak ingin dirinya dikenal/tenar)" (Lihat Ta'thirul Anfas, hal. 280)

Basyr bin Al Harits Al Hafiy mengatakan, "Aku tidak mengetahui ada seseorang yang ingin tenar kecuali berangsur-angsur agamanya pun akan hilang. Silakan jika ketenaran yang dicari. Orang yang ingin mencari ketenaran sungguh ia kurang bertakwa pada Allah." Suatu saat juga Basyr mengatakan, "Orang yang tidak mendapatkan kelezatan di akhirat adalah orang yang ingin tenar." (Lihat Ta'thirul Anfas, hal. 284)

Ibrahim bin Ad-ham mengatakan, "Tidaklah bertakwa pada Allah orang yang ingin kebaikannya disebut-sebut orang." (LihatTa'thirul Anfas, hal. 286)

Cobalah lihat bagaimana ulama salaf dahulu tidak ingin dirinya tenar. Al Hasan Al Bashri pernah menceritakan mengenai Ibnul Mubarok. Suatu saat Ibnul Mubarok pernah datang ke tempat sumber air di mana orang-orang banyak yang menggunakannya untuk minum. Tatkala itu orang-orang pun tidak ada yang mengenal siapa Ibnul Mubarak. Orang-orang pun akhirnya saling berdesakan dengan beliau dan saling mendorong untuk mendapatkan air tersebut. Tatkala selesai dari  mendapatkan minuman, Ibnul Mubarok pun mengatakan pada Al Hasan Al Bashri, "Kehidupan memang seperti ini. Inilah yang terjadi jika kita tidak terkenal dan tidak dihormati." Lihatlah Ibnul Mubarok lebih senang kondisinya tidak tenar dan tidak menganggapnya masalah.

Catatan penting yang perlu diperhatikan:

Imam Al Ghozali mengatakan, "Yang tercela adalah apabila seseorang mencari ketenaran. Namun jika ia tenar karena karunia Allah tanpa ia cari-cari, maka itu tidaklah tercela."

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Muslim.Or.Id