Thursday, October 11, 2012

Radio Assunnah 92.3 FM

Radio Assunnah 92.3 FM


Syarat-Syarat Ibadah yang Benar (1)

Posted: 10 Oct 2012 08:45 PM PDT

Penyusun : Syaikh Shaleh bin Fauzan al-Fauzan
Terjemah : Muh. Lutfi Firdaus
Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, Yang telah menyempurnakan agama-Nya, menyempurnakan nikmat-Nya kepada kita, meridhoi islam sebagai agama kita, dan memerintahkan kita agar berpegang denganya hingga mati:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS: Ali Imron: 102).

Dan wasiat Ibrahim dan Ya’qub kepada anaknya:

وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلاَ تَمُوتُنَّ إَلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam” (QS: al-Baqroh: 132)

Allah menciptakan Jin dan manusia agar beribadah kepada-Nya, Allah berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku” (Adz-Dzariyaat: 56). Dan dalam pada itu terdapat kemuliaan, kehormatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat, karena sangat membutuhkan tuhanya, mereka tidak pernah bisa berlepas dari kebutuhan kepada-Nya meski sekejap, sedang Dia tidak membutuhkan mereka dan tidak pula membutuhkan ibadah mereka.

Sebagaimana firman – Nya:
“Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu” (QS: Az-Zumar: 7).

Dan berfirman:

“Dan Musa berkata: “Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah) maka sesungguhnya Allah Maha Kaya] lagi Maha Terpuji.” (QS: Ibrahim: 8).

Ibadah adalah: mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan sesuatu yang disyariatkan baik berupa amalan, atau perkataan yang nampak maupun yang tidak nampak. Dan ibadah adalah hak Allah SWT atas hamba-hamba-Nya dan manfaatnya kembali kepada meraka, barang siapa enggan untuk beribadah kepada Allah SWT maka ia adalah sombong, dan barang siapa beribadah kepada Allah SWT dan beribadah pula kepada selain-Nya maka ia musyrik, dan barang siapa beribadah kepada Allah saja dengan sesuatu yang tidak disyariatkan maka ia adalah pelaku bid’ah, dan barang siapa beribadah kepada Allah saja dengan sesuatu yang disyariatkan maka ia adalah mukmin yang bertauhid.

Dan dikarenakan hamba sangat membutuhkan ibadah, dan tidak mungkin mereka dapat mengerti hakekat ibadah sebagaimana yang diinginkan Allah SWT dan yang sesuai dengan agama-Nya, maka Dia tidak menyerahkan hal itu kepada mereka, akan unkan kitab-kitab untuk menjelaskan hakekat ibadah, sebagaimana Allah berfirman:

“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu” (QS: an-Nahl; 37), dan berfirman:

“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.” (QS: al-Anbiya’: 25).

Barang siapa menyimpang dari ibadah apa yang telah dijelaskan Rasul dan diturunkan tentangnya kitab-kitab, dan menyembah Allah menurut seleranya dan selera hawa nafsunya serta hiasan setan manusia dan jin, maka sungguh telah tersesat dari jalan Allah, dan ibadahnya bukan merupakan ibadah kepada Allah SWT, melainkan ibadah kepada hawa nafsunya:

“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun” (QS: Al-Qashash: 50).

Dan golongan semacam ini banyak terdapat dalam manusia, dan khususnya kaum nasrani dan kelompok-kelompok yang sesat dari umat ini, mereka menjalankan banyak model ibadah untuk diri mereka dengan sesuatu yang menyimpang dari syariat Allah SWT, dan hal ini akan jelas dengan menjelaskan hakekat ibadah yang Allah SWT syariatkan melalui Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam, agar jelas bahwa semua yang menyimpang itu adalah batil, dan barang siapa yang beranggapan bahwa orang yang melakukanya dapat mendekatkan diri kepada Allah, maka ia sesungguhnya menjauhkanya dari Allah.

Sesungguhnya ibadah yang Allah SWT syariatkan dibangun di atas prinsip-prinsip dan dasar-dasar yang kokoh, yang terangkum dalam hal-hal berikut:

Pertama: Bahwa ibadah adalah tauqifiyah, artinya tidak ada celah bagi akal untuk ikut campur di dalamnya, yang memiliki otoritas untuk membuat syariat hanyalah Allah SWT, atau Rosulullah saw, sebagaimana yang Allah firmankan kepada Nabi-Nya:

“Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas” (QS: Huud: 112).

Dan firman-Nya:
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.” (QS: Al-jaatsiyah: 18), Dan firmanya tentang Nabi-Nya: “Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku”. (QS: Al-An’aam: 50)

Kedua: Ibadah harus ikhlas karena Allah SWT, bersih dari noda-noda syirik, sebagaimana Dia berfirman:
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya” (QS: AL-Kahfi: 110)

Jika Ibadah bercampur dengan kesyirikan, maka kesyirikan itu dapat menghapusnya, Allah SWT berfirman:
“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (QS: Al-An’aam: 88).
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur.” (QS: Az-Zumar: 65).

Ketiga: Yang harus menjadi tauladan dan pemberi penjelasan tentang ibadah adalah Rasulullah saw, sebagaimana Allah SWT berfirman:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu” (QS: Al-Ahzab: 21), dan berfirman:

ومَاءَ اتاكُمُ الرّسُولُ فَخُذُوهُ وما نَهاكُم عَنهُ فانَتّهُوا

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah” (Qs: Al-Hasyr: 7), dan Rosulullah saw bersabda: “Barang siapa melakukan amalan yang tidak ada tuntunanya dari kami, maka ia tertolak”, dan bersabda: “Solatlah kalian sebagaimana aku solat”, dan bersabda: “Ambilah dariku manasik kalian”, dan nash-nash yang lain yang menunjukan kewajiban mencontoh Rasulullah saw, bukan mencontoh yang lain.

Bersambung, Insya Allah.

Sumber: http://www.islamhouse.com/p/207435

No comments:

Post a Comment